Dari Desa Terpencil, Manisah Giatkan Perempuan untuk Menabung

Dari Desa Terpencil, Manisah Giatkan Perempuan untuk Menabung

Manisah memegang coklat yang ia hasilkan dari ladang coklatnya

Bersinar, demikian Manisah (37) menamai kelompok VSLA yang terletak di Desa Lapaopao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini. Manisah berharap kelompok VSLA ini akan terus berkembang dan menjadi ‘sinar’ bagi masyarakat desa yang rata-rata bekerja sebagai petani kakao tersebut.

“Di Desa Lapaopao, biasanya setelah panen masyarakat desa segera menghabiskan uang penjualan hasil panen mereka untuk beli barang. Kadang-kadang, kami lupa kalau menabung itu sangat penting buat masa depan,” kata Manisah membuka ceritanya.

Manisah, ketiga anak dan suaminya tinggal di desa yang terletak jauh di atas bukit yang hanya bisa diakses menggunakan sepeda motor dan berjalan kaki sejauh 5 kilometer dari jalan utama. Bank sebagai sarana untuk menabung cukup jauh dari tempat mereka.

“Dulu kalau mau menabung, kami harus turun ke bawah. Bank paling dekat jaraknya 7 kilometer dari sini. Karena jauh dan sibuk bekerja di kebun kakao, keinginan menabung akhirnya hilang,” lanjut perempuan yang juga menjadi Ketua VSLA Bersinar ini.  

VSLA Bersinar memang baru berjalan selama sembilan bulan, namun hampir seluruh perempuan yang mayoritas adalah istri dari petani kakao tertarik mengikuti VSLA. Dengan harga per saham Rp10.000, masyarakat desa tidak merasa kesulitan untuk mengikuti kegiatan ini.  

Manisah sendiri ternyata memiliki motivasi yang tinggi untuk menabung di VSLA. Dari siklus pertama yang berlangsung selama enam bulan, perempuan ini telah mendapat lebih dari 1 juta rupiah. Manisah senang dengan hasil yang ia peroleh karena motivasi utamanya menabung adalah untuk biaya kuliah anak pertamanya, Liswanto yang saat ini masih duduk di kelas 2 SMA.

“Saya rasa manfaat VSLA ini banyak sekali terutama mendorong kita untuk menabung dan juga meminjam. Kalau dulu ada kebutuhan mendadak seperti bayar uang seragam dan ujian anak, kami selalu kebingungan. Tapi sekarang kami bisa pinjam dari VSLA,” lanjut Manisah.

Selain saham, para anggota VSLA juga wajib untuk membayar dana sosial yang telah disepakati bersama yakni sebesar Rp2.000. Apabila salah satu anggota tidak hadir atau terlambat datang, mereka juga akan mendapat denda sebesar Rp2.000. Menariknya meski berada di desa terpencil, tidak ada anggota yang terlambat datang ke pertemuan atau terlambat membayar.

Para anggota VSLA Bersinar juga bisa meminjam uang dengan besar pinjaman maksimal lima kali dari jumlah saham mereka. Bunga pinjaman juga terbilang kecil yakni 2% saja. Sementara itu mereka bisa mengembalikan uang dalam jangka waktu tiga bulan. Di akhir siklus, jumlah total bunga ini akan dibagi rata per anggota yang memiliki saham di VSLA.

“Banyak anggota yang juga meminjam uang dari VSLA termasuk saya. Saya pernah meminjam uang sebesar Rp1.700.000 untuk tambahan modal membeli bahan-bahan kelontong untuk warung saya,” kata Manisah sumringah sambal menunjukkan barang-barang kelontong yang semakin lengkap di warung kecil yang menyatu dengan ruang tamu rumahnya tersebut.

Tak hanya untuk modal usaha, banyak anggota petani juga bisa meminjam uang untuk membeli pupuk dan pestisida untuk kebun kakao mereka tanpa perlu menunggu hingga musim panen tiba.  

VSLA Bersinar telah memberi perspektif baru kepada perempuan seperti Manisah tentang menabung.

“Dibandingkan dengan arisan biasa, saya lebih menganjurkan ibu-ibu di sini ikut VSLA sebab kita bisa meminjam dan menabung. Kalau arisan kan hanya satu orang yang diuntungkan saja, itu juga kalau dia mau membayar di bulan berikutnya,” pungkas Manisah sambal tertawa.  

Ditulis oleh: Rena Tanjung, Communications Officer Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait