Dari Fasilitator Jadi Inisiator

Dari Fasilitator Jadi Inisiator

Pada masa pandemi Covid-19 banyak aktivitas yang dianjurkan oleh pemerintah untuk dilakukan di rumah saja, mulai dari belajar, kuliah, dan bekerja. Dampak dari anjuran Ini adalah banyak pemuda yang sebelumnya sekolah atau kuliah di kota, kembali ke desanya dan melakukan proses daring di rumah mereka masing-masing. Pandemi juga memberi dampak positif bagi para pecinta tanaman karena mereka memiliki waktu lebih untuk memelihara tanaman di pekarangannya.

Fenomena ini menjadi lahan bisnis bagi pria bernama Cahyo Ariwibowo (42) atau akrab disapa Cahyo. Cahyo adalah fasilitator desa (fasdes) untuk program Cocoa Life yang didanai oleh Mondelez International. Ia tinggal di Desa Buntu Babang, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Melalui diskusi dengan staf Wahana Visi Indonesia (WVI) yang mendampingi program Cocoa Life di desanya, Cahyo menyampaikan keinginannya untuk membuat pemuda di desanya supaya bisa lebih produktif di masa pandemi. Cara yang digunakan adalah dengan mengajak anak muda untuk membuat bisnis pupuk organik atau kompos. Awalnya Cahyo merasa ragu, tetapi setelah berdiskusi mengenai rencana ini, para pemuda memiliki ketertarikan yang sama terhadap bisnis pupuk kompos.

Akhirnya, kini Cahyo dan pemuda sepakat membentuk kelompok bisnis pupuk kompos ini yang di beri nama Kelompok GENAP dan sudah memiliki Surat Keputusan dari Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Bajo. Sejalan dengan program Cocoa Life, WVI bersama Barry Callebaut melatih kelompok pemuda mengenai cara pembuatan pupuk kompos pada tanggal 17 November 2020.

Kegiatan pemuda ini mendapat dukungan dari Kepala Desa Buntu Babang, Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Bajo dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Luwu. Sejak saat itu Kelompok GENAP aktif memproduksi pupuk kompos dan melakukan penjualan hingga sekarang dengan harga jual Rp30.000 per sak (1 sak = 40 kg). Pupuk kompos tersebut dijual kepada petani dan pecinta tanaman dan bunga di Desa Buntu Babang dan desa-desa sekitarnya. 

"Kami berterima kasih kepada Mondelez dan WVI, karena pikiran kami terbuka dan pengetahuan meningkat selama ada pedampingan dari program Cocoa Life. Sebelumnya kami hampir putus asa karena kakao kami banyak penyakit, kegiatan anak muda pun tidak ada maka kami sangat bersyukur desa kami mendapat pendampingan program Cocoa Life," kata Cahyo.

Melalui pendampingan Program Cocoa Life ini, Cahyo yang biasanya hanya sibuk di kebun, kini bisa aktif dan kreatif bersama pemuda untuk menjalankan bisnis produksi pupuk kompos ini dan mendapatkan hasil yang baik. Kegiatan ini juga menjadi solusi aktivitas produktif yang menghasilkan pendapatan bagi pemuda di desanya terutama di masa pandemi Covid-19 ini.

Cahyo berharap dengan adanya dampingan Program Cocoa Life, para pemuda di desanya bisa tetap produktif dan memiliki jiwa wirausaha serta belajar banyak hal tentang perkebunan kakao. Selain itu keberadaan Kelompok GENAP dapat meningkatkan pendapatan anggota kelompoknya dan menjadi solusi alternatif pupuk bagi petani kakao yang terkadang dihadapkan pada masalah kelangkaan pupuk.
 

Ditulis oleh Rahmatullah, Fasilitator Lapangan, Program Cocoa Life

 


Artikel Terkait