From Father to Kader

From Father to Kader

Menjadi seorang kader posyandu itu sangat menyenangkan dan tidak membuat gengsi jatuh sebagai lelaki. Setidaknya ini berlaku bagi Moses Moi, ayah dua anak asal Desa Woewutu, Kabupaten Nagekeo, NTT. Moses merasakan manfaat berganda saat ia memutuskan menjadi kader posyandu.

“Saya belajar banyak tentang cara timbang balita dan bayi yang benar. Juga bagaimana memberi makan kepada anak dan bayi secara berimbang dan bergizi. Dulu saya tidak tahu sama sekali. Ini berkat WVI juga,” ujar Moses.

Moses adalah Ketua Kader Posyandu Kotapapa, salah satu posyandu dampingan Wahana Visi Indonesia (WVI) Area Program Nagekeo-Ngada. Moses adalah satu-satunya kader pria di posyandu itu.

Keterlibatan Moses menjadi kader posyandu berangkat dari panggilan jiwa dan kepercayaan warga dusun kepadanya. Warga dusunnya memilihnya sebagai kader karena sikapnya yang bersedia bekerja keras dan mau membantu siapa saja. Ia mengaku kalau keputusannya menjadi kader hanya untuk memberikan hal yang lebih baik kepada anak-anak. Moses bahkan tidak mempertimbangkan gengsi atau omongan masyarakat akan pilihannya sebagai kader. Moses menjelaskan, warga di desanya masih memandang kader posyandu sebagai pekerjaan para ibu, dan bukan untuk kaum lelaki.

Dukungan Moses menjadi kader juga diperoleh dari istrinya, Kristina Owa. Dukungan istrinya ini juga turut membentuk pribadinya menjadi suami dan ayah yang lebih perhatian kepada anak-anaknya, selain menjadi kader yang baik.

“Dulu saya memang kurang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak saya. Soalnya, saya menjadi pencari nafkah. Urusan anak adalah urusan istri. Sekarang, setelah jadi kader, saya jadi mengerti, kalau membesarkan anak itu tidak hanya menjadi tugas istri saja, tetapi juga jadi tugas suami, tugas bapak,” lanjutnya.

Moses mengenal WVI secara lebih dekat saat ia telah menjadi kader. Perjumpaannya dengan staf WVI dalam setiap kegiatan di posyandu membuat dia secara perlahan memahami tugas dan pelayanan WVI di desanya. Ia juga mangakui kalau kehadiran WVI di Desa Woewutu turut mengubah wajah desa menjadi lebih baik.

“Saya rasa bangga sekali bisa dapat pelatihan langsung dari WVI seperti sekarang ini. Saya dapat banyak ilmu, terutama bagaimana kita perhatikan cara memberi makan kepada bayi dan anak-anak di saat pandemi Covid-19 seperti ini dan bagaimana mengasuh anak dengan cinta. Bermanfaat sekali,” pungkasnya.

Ia berharap, WVI juga bisa memberikan pelatihan dan sosialisasi seperti yang ia dapatkan kepada warga desanya agar kehadiran dan keberadaan WVI sebagai jembatan harapan bagi anak-anak di Desa Woewutu menjadi lebih dipahami oleh warga di desanya.

Moses Moi sedang berubah rupa. Kini ia bukan sekadar menjadi ayah untuk kedua putra dalam keluarganya, melainkan menjadi “bapak” untuk anak-anak di dusunnya. Ia sedang mengemban peran yang lebih besar lagi, dari ayah menjadi kader.


Ditulis oleh: Mordekhai Lalong, Staf Area Program Nagekeo-Ngada Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait