Inovasi dan Partisipasi Perempuan Terbukti Memajukan Ekonomi Desa

Inovasi dan Partisipasi Perempuan Terbukti Memajukan Ekonomi Desa

“Saya dan teman-teman fasilitator desa yang lain mengusulkan kalau laporan BUMDes itu harus dipertanggungjawabkan di forum. BUMDes juga harusnya inklusif, melibatkan pemuda, perempuan, dan penyandang disabilitas di desa. Serta dukungan anggaran atau dana dari desa akan sangat membantu BUMDes berkembang,” ujar Yane Irance. 

Sosok perempuan muda ini kerap memberikan ide-ide kreatif dan inovatif untuk memajukan BUMDes di desanya yang berada di Kabupaten Kupang. Sebelum Yane dan empat fasilitator lainnya yaitu, Esri Gelda, Elisabeth, Marnix, dan Jendro aktif sebagai fasilitator desa, BUMDes tidak memberikan kontribusi bagi ekonomi masyarakat. Dengan bekal wawasan mengenai GESI (Gender Equality and Social Inclusion) dan CVA (Community Voice and Action) yang diperoleh melalui rangkaian pelatihan dalam program ENVISION yang didanai oleh Uni Eropa, Yane dan empat fasilitator lainnya dapat mengaktifkan BUMDes yang mati suri hingga berhasil menyuntik dana ke Pendapatan Asli Desa (Pades). 

“Bagi kami, BUMDes sangat penting. Supaya meningkatkan usaha-usaha di kelompok masyarakat dan memaksimalkan potensi-potensi yang ada di desa,” tutur Yane. Ia pun menambahkan, “Selama ini BUMDes terkendala karena kurangnya pemahaman pengelolaan dan pengawasan. Selain itu ada juga pengaruh budaya dan sosial yang masih sangat kuat di desa,”.  

Yane, Esri, Elisabeth, Marnix, dan Jendo melakukan berbagai usaha mulai dari sosialisasi hingga terjun langsung mengurus administrasi BUMDes. Berkat kerja keras mereka ini, BUMDes di desa sekarang bisa memiliki pengelolaan administrasi dan pembukuan keuangan yang tertib dan dapat dipertanggungjawabkan di musyawarah desa. Sertifikat dari Kementerian Hukum dan HAM pun sudah dikantongi oleh BUMDes berkat ide dan inisiatif dari kelima fasilitator ini.  

“Semua usaha kami ini tujuannya ingin memberikan pemahaman tentang BUMDes dan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam membangun BUMDes, termasuk perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas,” ungkap Yane. “Selain itu, juga memberikan pemahaman tentang kesetaraan gender. Bahwa perempuan juga bisa berperan, bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin atau direktur BUMDes,”.  

Semangat menyatukan berbagai pihak ini juga membuat BUMDes di desa mampu bermitra dengan masyarakat yang mengelola potensi-potensi lokal. Tidak lagi menjual produk atau menyediakan jasa yang berasal dari luar desa, saat ini BUMDes telah membangun kerja sama dengan kelompok Forum Perempuan Ainan Fen, kelompok ibu-ibu, kelompok anak muda, serta kelompok penyandang disabilitas yang berada di desa. Ternyata produk-produk hasil karya masyarakat desa ini menjadi sumber keuntungan BUMDes. Tenun ikat, hasil kerajinan tangan, virgin coconut oil (VCO), dan olahan lainnya menjadi produk andalan BUMDes. 

BUMDes pun mencoba membangun ekonomi para petani dan peternak di desa melalui program pengadaan ternak sapi, pupuk, dan bahan pertanian organik. Program ini berhasil diterapkan karena BUMDes menjalin kemitraan dengan tokoh agama dan satu badan usaha swasta yang berada di Kabupaten Kupang. Salah satu BUMDes di Kabupaten Kupang ini sekarang mampu membuka lapangan pekerjaan, mendukung kebutuhan masyarakat, serta meningkatkan pendapatan. Semua ini bisa terjadi atas peran aktif para perempuan tangguh fasilitator desa. 

 

 

Penulis: Tim ENVISION area Kabupaten Kupang 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait