Kader Posyandu Memulai Perubahan Kesehatan di Desa

Posyandu adalah layanan kesehatan yang paling mudah diakses oleh ibu dan balita yang berada di desa-desa terjauh di Indonesia. Selain melekat pada institusi kesehatan, Posyandu juga melekat pada masyarakat. Bidan, selaku tenaga kesehatan, berkolaborasi dengan kader dan perangkat desa agar Posyandu berjalan efektif dan efisien. Layanan Posyandu bukan hanya bergantung pada kehadiran bidan tapi juga kesadaran orang tua balita untuk memantau tumbuh-kembang anak-anaknya. Oleh karena itu, bidan perlu sosok kader-kader yang terampil berbagi ilmu dan pengalaman pada orang tua dan pengasuh. Hal ini sangat penting agar setiap anak Indonesia, meskipun tinggal di daerah rentan, dapat memperoleh hak untuk bertumbuh-kembang optimal.
Salah satu kader Posyandu di desa yang terletak di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat merupakan sosok yang gigih memperjuangkan kesehatan balita-balita. Sudah kurang-lebih dua tahun Ana berperan sebagai kader Posyandu. Tantangan demi tantangan ia alami dan mampu atasi. “Tantangannya seperti orang tua yang tidak mau hadir dan antar anaknya ketika jadwal Posyandu karena alasan lokasi Posyandu diadakan jauh, terkendala akses jalan yang kurang baik, dan kurang dukungan dari suami untuk antar istri dan anaknya ke Posyandu,” ujarnya perempuan berusia 28 tahun ini.
Selain itu, Ana juga harus mendampingi orang tua atau pengasuh yang masih belum paham Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang tepat. “Ada juga anak yang usianya belum enam bulan tapi sudah diberikan makan karena anaknya sering menangis dan rewel jadi diberilah makan. Ada juga orang tua yang memberikan makan yang tidak sesuai dengan usia. Porsi dan tekstur makanan tidak sesuai sehingga bayinya tidak mau makan dan berat badannya malahan turun bukan bertambah,” jelasnya.
Apa yang Ana lihat di sekitarnya membuat ia resah dan tergerak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Hanya saja, ia membutuhkan perangkat yang tepat. Semangat menjalankan tugas sebagai kader harus diimbangi dengan semangat untuk terus belajar. Ana membutuhkan wawasan yang tepat agar orang tua dan pengasuh balita di desanya dapat sadar akan pentingnya hadir di Posyandu, sadar akan pentingnya pemberian makan yang tepat, dan sadar akan pentingnya pemenuhan gizi anak-anak sejak dini.
Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan mitra Timang Kaseh Sekadau memfasilitasi pelatihan untuk para kader Posyandu. Dalam pelatihan tersebut, kader Posyandu memperoleh wawasan dan cara yang efektif untuk mengubah pola asuh orang tua, terutama dalam hal pemenuhan gizi balita. Ana terlibat sebagai salah satu peserta di pelatihan tersebut.
“Sekarang dengan saya yang sudah mengikuti pelatihan, mendapat informasi dan pengetahuan, saya jadi tahu cara menghadapi dan menjelaskan dengan baik, kepada orang tua balita agar tidak memberikan makan kepada anak yang usianya belum enam bulan. Saya juga sudah tahu porsi dan tekstur makan sesuai dengan usia balita jadi tidak sembarangan memberikan makan kepada balita. Pengetahuan yang sudah saya dapatkan ini saya terapkan dan bagikan kepada orang tua balita dan sekarang mereka sudah tahu memberi makan yang baik dan sesuai usia anaknya,” tutur Ana.
Peran Ana sebagai kader sudah membuah hasil yang baik. Ia dapat membantu mengubah kebiasaan pengasuhan yang kurang tepat, karena mendapat wawasan yang tepat. Kegigihan Ana telah berdampak pada tumbuh-kembang balita-balita di desanya. Ia pun masih ingin terus belajar dan berharap akan ada pelatihan-pelatihan lain untuk para kader Posyandu. Karena bagi Ana, kader Posyandu menjadi salah satu penentu masa depan anak-anak di desanya.
Penulis: Yuliana Eva (staf Timang Kaseh Sekadau, mitra operasional WVI di Sekadau)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)