Kampanye ENOUGH: Memulai Kolaborasi untuk Wujudkan Gizi Anak Indonesia

Kampanye ENOUGH: Memulai Kolaborasi untuk Wujudkan Gizi Anak Indonesia

Perlindungan anak bukan hanya soal mencegah kekerasan terhadap anak tapi juga memenuhi hak-hak anak terutama hak untuk hidup sehat, bertumbuh kembang dengan maksimal. Karena isu kesehatan, terkhusus kasus stunting, sangat berkaitan dengan tingginya kasus perkawinan usia anak dan kesehatan remaja. Isu ini tidak dilihat sebagai isu tunggal melainkan efek riak dari berbagai isu yang saling berimbas. 

Kepentingan dan kegentingan isu ini harus diselesaikan dengan memulai kemitraan pentahelix di berbagai tingkat. Salah satu upaya WVI sebagai lembaga kemanusiaan untuk turut meningkatkan gizi anak Indonesia adalah dengan meluncurkan kampanye ENOUGH selama tiga tahun terhitung sejak 25 Juli 2024. Kampanye ini diawali dengan pemaparan hasil child-led research nasional dengan judul “Penelitian Anak Tentang Situasi Remaja Terkait Gizi, Kesehatan, dan Perkawinan Anak”. 

Berdasarkan penelitian tersebut, berikut beberapa kondisi anak-anak di Indonesia: 

  • 1 dari 3 anak terpaksa melewatkan sarapan karena tidak ada makanan 

  • 1 dari 5 anak tidak dapat makan sampai kenyang karena tidak ada makanan atau uang jajan 

  • 1 dari 5 anak tidak mengkonsumsi protein setiap hari 

  • 40% remaja menyatakan pernah terjadi perkawinan usia anak di lingkungannya 

  • 66% remaja tidak mengetahui perkawinan usia anak berkaitan dengan stunting 

Hasil ini pun berkaitan dengan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, terdapat 21,5% anak usia 0-59 bulan (balita)  yang berstatus gizi pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) di Indonesia. Laju penurunan kasus perkawinan usia anak pun lambat. 

“Indonesia Emas 2045 menandakan 100 tahun Indonesia merdeka. Artinya, nanti kita akan menjadi negara yang sejajar dengan negara maju lain. Kalau melihat cita-cita ini, tapi disandingkan dengan data penelitian anak ini, sepertinya pesimis. Tapi semua bisa tercapai bila ada good governance,” ujar Sumarjati Arjoso, pemerhati tumbuh kembang anak yang turut hadir sebagai narasumber saat peluncuran kampanye ENOUGH. Peluang kolaborasi pun harus diciptakan karena masalah ini bukan hanya menjadi masalah satu sektor saja. 

Kampanye ENOUGH sendiri merupakan kampanye ketahanan pangan dan gizi anak Indonesia. Tujuan utama kampanye ini adalah untuk memenuhi gizi anak, swadaya pangan masyarakat sehingga anak-anak dapat terpenuhi kebutuhan gizinya, dan melestarikan alam Indonesia untuk keberlanjutan. 

“Kami berharap hasil penelitian ini ditindaklanjuti supaya anak-anak bisa makin semangat jadi agen perubahan bagi semua anak yang tinggal di berbagai daerah di Indonesia,” ungkap Zahrani, perwakilan peneliti anak dari daerah dampingan WVI di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 

Hasil penelitian, berupa laporan dan infografis, dapat diunduh di wahanavisi.org/id/media-materi/publikasi. Semua data ini dihasilkan melalui penelitian kuantitaif yang dilakukan oleh h 60 anak perempuan dan 33 anak laki-laki dari 11 provinsi dan 28 kabupaten/kota berusia 12-17 tahun yang tergabung dalam Tim Peneliti Anak Nasional. Penelitian ini berhasil mengumpulkan data dari 6.969 responden dengan rentang usia 12-17 tahun termasuk anak dengan kerentanan khusus (anak dengan disabilitas, anak putus sekolah, anak bekerja, dan anak yang pernah menikah). 

Mengawali kampanye ini, mari kita bersama tingkatkan gizi anak Indonesia. Katakan ENOUGH untuk status gizi anak yang belum membaik, katakan ENOUGH untuk anak-anak yang belum terlindungi, dan katakan ENOUGH untuk setiap hak anak yang belum terpenuhi. 

 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive)


Artikel Terkait