Kelompok Anak Membuka Akses untuk Meraih Mimpi

Kelompok Anak Membuka Akses untuk Meraih Mimpi

Dua puluh satu tahun yang lalu Wahana Visi Indonesia (WVI) datang ke sebuah SD untuk melakukan sosialisasi mengenai hak anak dan membagikan perlengkapan sekolah. Saat itulah  Yanto (27) yang masih duduk di kelas 2 SD mulai mengenal WVI dan mulai aktif melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh WVI. Bermula dari mengikuti Kelompok Belajar Anak (KBA) hingga perlombaan demi perlombaan tak ada yang terlewatkan oleh Yanto.

“Saya pernah ikut lomba menyanyi, main gitar, sampai akhirnya saat saya SMP terpilih oleh WVI untuk mengikuti acara Hari Anak Nasional (HAN) 2010 ke Jakarta bersama dengan teman-teman yang lain. Acara HAN yang tidak akan pernah saya lupakan karena membuka akses kepada saya untuk meraih mimpi saya menjadi seorang guru,” ujar Yanto.

Lewat acara HAN tersebut, jalan Yanto menuju pengalaman-pengalaman yang tak terlupakan semakin terbuka. Salah satunya bertemu dengan Prof. Yohanes Surya, seorang profesor yang mengajar anak-anak Papua hingga pandai Fisika dan mendukung anak-anak untuk berhasil.

“Saya sangat terinspirasi dengan kisah perjalanan dan perjuangan beliau memberikan akses pendidikan kepada anak-anak yang tidak terjangkau. Sejak saat itu saya bertekad untuk menjadi seorang guru,” cerita Yanto mengingat kembali pengalaman yang membuat ia sekarang bisa menjadi guru IPA & Matematika di salah satu SMP Negeri di Sumba Timur.

Keaktifan Yanto mengikuti kegiatan WVI menjadikan Yanto sebagai Wakil Ketua pertama Sanggar Na Anamu ketika duduk di bangku SMA. Sanggar Na Anamu saat ini dikenal sebagai Forum Anak Sumba Timur (FAST). Sanggar Na Anamu dijadikan wadah bagi anak-anak remaja untuk bisa berbagi dan memperjuangkan hak-hak anak.

FAST pun kerap mengadakan berbagai kegiatan seperti Na Anamu Cup (lomba sepak bola), Na Anamu Writer (lomba menulis) dan Na Anamu Voice (lomba vocal group). Kegiatan Na Anamu ini merupakan kegiatan besar pertama di Sumba Timur yang diadakan di banyak sekolah dari tingkat desa hingga kabupaten.

“Senang sekali dulu bisa membuat Na Anamu bersama kakak-kakak WVI dan teman-teman, meskipun kami masih bingung bagaimana cara membuat acara tapi lama-lama kami belajar mengurus acara dengan baik dan terutama tau bagaimana caranya terlibat dalam organisasi,” ungkapnya.

Seluruh pengalaman dan pembelajaran selama aktif bersama WVI menjadikan Yanto seorang pribadi yang terus mau berjuang untuk kepentingan anak-anak terutama dalam bidang pendidikan. Perjuangannya hingga bisa sampai menjadi gurupun tidak mudah karena kondisi ekonomi yang terbatas. Namun, Yanto terus giat belajar hingga bisa lulus seleksi sekolah keguruan di Undana, Kupang dan mendapatkan beasiswa dari Bidik Misi hingga pemerintah Kabupaten Sumba Timur.

“Saya belajar banyak untuk memiliki hati melayani dan lebih peka terhadap masalah-masalah yang terjadi pada anak serta terus memperjuangkan apa yang harus diperjuangkan. Saya berharap sekali anak-anak Sumba Timur bisa mendapatkan perlindungan dan akses pendidikan yang baik kedepannya,” harap Yanto untuk masa depan anak-anak Sumba Timur.

Ditulis oleh: Gracia Thomas, Volunteer Engagement Executive Wahana Visi Indonesia

 


Artikel Terkait