Ketika Disabilitas Rungu Tidak Menjadi Penghalang

Ketika Disabilitas Rungu Tidak Menjadi Penghalang

Abidah, 13 tahun, saat ini duduk di bangku kelas dua SMP. Di usianya yang masih muda, ia telah banyak meraih prestasi terutama di bidang modeling. Abidah yang juga seorang anak dengan disabilitas rungu sejak lahir dapat mengatasi batasan, bahkan berhasil berprestasi lebih dari anak-anak lain seusianya. Dengan dukungan penuh sang ibu, Abidah dapat menjadi anak perempuan yang memotivasi anak lain. 

“Saat Abidah berusia dua tahun, dia sama sekali belum bisa bicara. Saya khawatir dan kemudian membawanya ke rumah sakit. Ternyata setelah melewati serangkaian tes, dokter menemukan bahwa Abidah mengalami gangguan pendengaran dan dinyatakan tuna rungu. Hal ini disebabkan oleh virus Tokso pada saat dalam kandungan. Saat kehamilan, tidak ada gejala sama sekali sehingga saya sangat kaget saat itu,” kenang Ibu Siska, orang tua Abidah.  

Sebagai orang tua, berita ini membuat hati Ibu Siska sedih. Oleh dokter, Abidah untuk menggunakan alat bantu dengar dan menjalani terapi. Saat itu, orang tua Abidah belum punya biaya untuk membeli alat bantu dengar, karena sangat mahal. Namun dengan berjerih payah, Ibu Siska akhirnya bisa membeli alat bantu tersebut. “Saya memang berniat supaya Abidah bisa seperti anak-anak lain. Tentunya sebagai orang tua saya khawatir, apakah dia bisa tumbuh seperti anak lain dan bagaimana masa depan Abidah kelak,” ujarnya.   

Tentunya situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Abidah dan ibunya. “Saya paling sulit mendengarkan dan mengerti saat guru mengajar. Seringkali saya tidak tahu dan tidak jelas apa yang dibicarakan. Tapi, saat saya tanya ke teman-teman, mereka seringkali tidak mau memberi tahu. Jadi saya suka mengadu ke Ibu supaya saya bisa duduk di depan agar suara guru lebih jelas terdengar,” kata Abidah. 

Di tengah segala tantangan tersebut, Abidah membuktikan diri dapat menjadi anak berprestasi. Awalnya Ibu Siska mengajar Abidah menari dan mengikuti lomba. Sebagai anak dampingan Wahana Visi Indonesia, Abidah juga mendapatkan wadah untuk menuangkan talentanya. Ia sering diajak oleh WVI untuk bisa menari di kegiatan WVI bersama anak-anak lainnya. Keterampilan Abidah makin terasah sehingga bisa mengikuti kegiatan di Rumah Anak Prestasi yang didirikan oleh Walikota Surabaya, sebuah wadah bagi anak-anak dengan disabilitas di Kota Surabaya.  

Di situlah Abidah mengenal dunia modeling dan menyukainya. Selain belajar cara jalan dan cara pose saat di catwalk, Abidah dan ibunya juga belajar bahasa isyarat. Wahana Visi Indonesia terus mendampingi Ibu Siska dan Abidah serta melibatkan mereka dalam wadah-wadah kreatif agar Abidah terus bisa berprestasi dan menyalurkan bakatnya. Kini, Abidah telah memilih untuk fokus pada dunia modelling dan mengejar cita-citanya untuk menjadi pengusaha sukses. Suatu saat nanti, ia ingin tidak hanya berkarir sebagai model, namun juga menjadi pengusaha di bidang tata rias dan kecantikan.  

“Untuk teman-teman lainnya yang juga mengalami keterbatasan seperti saya, teman-teman yang juga tidak bisa mendengar, aku berharap teman-teman jangan patah semangat. Aku berharap teman-teman nantinya bisa mendengar dan bisa bicara juga, serta juga menemukan talenta dan bidang yang teman-teman sukai,” pesan Abidah.  

 

 

Penulis: Yuventa (Head of Public Engagements and Communication Unit

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait