Memberi Dampak untuk Literasi Anak-anak Papua

Memberi Dampak untuk Literasi Anak-anak Papua

“Selama ini dalam proses pembelajaran di Rumah Baca, kami terhambat dengan sarana dan prasarana, seperti meja, kursi, dan lemari. Beberapa kali melakukan aktivitas belajar di Rumah Baca, anak-anak terpaksa duduk di lantai karena tidak ada tempat duduk yang memadai sedangkan jumlah mereka sangat banyak,” cerita Frits (42 tahun). Akrab disapa Bapak Frits, adalah seorang pelayan Gereja sekaligus tutor Rumah Baca yang berada di salah satu desa di Kabupaten Sarmi, Papua. Semenjak ada Rumah Baca ada di desa, setiap hari Minggu anak-anak antusias hadir dan mengikuti kegiatan-kegiatan literasi. Keterbatasan sarana tidak menyurutkan semangat anak-anak, namun kebutuhan ini juga penting karena kualitas kegiatan literasi di Rumah Baca dapat meningkat bila tersedia sarana yang tepat. 

“Awalnya kita duduk di bawah untuk belajar tetapi sekarang sudah ada kursi dan meja jadi kita bisa belajar dengan duduk di atas kursi dan meja,” ujar Obed dan Juan dengan hati gembira. Obed dan Juan mewakili sukacita yang dirasakan oleh banyak anak lain yang aktif hadir dan mengikuti kegiatan di Rumah Baca. Kursi dan meja berwarna-warni yang kini sudah ada di Rumah Baca bukan hanya membuat anak-anak belajar lebih nyaman, tapi juga menjadi penyemangat bagi anak dan tutor. Adanya donor dan sponsor yang peduli pada kebutuhan Rumah Baca di desa terjauh ini menjadi satu hal yang sangat bermakna bagi anak-anak. 

“Sekarang proses belajar dapat berlangsung dengan baik dan anak-anak bisa dapat menjalankan program yang diberikan. Mereka bisa lebih tertib karena adanya bantuan ini. Kami atas nama jemaat mengucapkan banyak terima kasih karena telah memberikan kontribusi nyata untuk pengembangan anak-anak. Pemberian bantuan lemari, meja, dan kursi sangat membantu kami dalam kegiatan belajar mengajar di Rumah Baca,” ujar Pak Frits. 

Dukungan sarana dan prasarana yang donor dan sponsor berikan merupakan wujud kepedulian akan permasalahan keterampilan literasi yang dihadapi anak-anak di Papua. Hanya 25% anak kelas 3 SD di Papua yang memiliki keterampilan membaca dan memahami isi bacaan (data baseline WVI tahun 2022 untuk area Sentani, Biak, Pegunungan Tengah, dan Asmat). 

Membaca di tahun pertama Sekolah Dasar sangat penting untuk daya ingat dan kesuksesan anak  melanjutkan pendidikan di tahap berikutnya. Literasi membuka potensi manusia dan merupakan landasan perkembangan. Anak yang memiliki keterampilan membaca yang baik  akan memperoleh kesehatan dan peluang kerja yang lebih baik, serta mencapai lingkungan masyarakat yang lebih aman dan stabil. Sedangkan anak-anak yang tidak mengembangkan keterampilan membacanya (tidak bisa membaca) selama awal pendidikan dasar akan berada di sebuah lintasan kemajuan pendidikan yang terbatas seumur hidup dan oleh karena itu, peluang ekonominya juga akan terbatas. 

Rumah Baca merupakan salah satu cara untuk memperluas akses pada pendidikan, terutama literasi bagi anak-anak di Papua. Dengan adanya Rumah Baca, anak-anak dapat melalukan aktivitas literasi di luar sekolah. Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan masyarakat dan pemangku kepentingan di desa melakukan upaya ini agar anak-anak Papua dapat menempuh pendidikan sebaik-baiknya dan meraih cita-cita setinggi-tingginya. 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait