Orang Tua juga Butuh Support System
Menjadi orang tua merupakan tanggung jawab yang sangat besar sekaligus sangat sulit. Pengasuhan yang tepat menjadi penentu masa depan seorang anak. Seorang anak yang hidup di tengah keluarga yang mengasuh dengan penuh cinta akan bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih utuh. Namun, pengasuhan yang tepat juga penuh cinta bukanlah hal yang mudah diterapkan. Orang tua masa kini sering mengalami tantangan yang berat dalam mengasuh anak sehingga seringkali menerapkan pengasuhan yang memberi dampak negatif bagi anak. Oleh karena itu, orang tua juga perlu support system yang baik agar segala kesulitan yang dihadapi dapat dibagikan pada orang yang tepat. Orang tua juga bisa memperoleh solusi agar dapat memberi pengasuhan yang terbaik bagi anak.
Salah satu desa dampingan WVI di Bengkulu Selatan menyadari pentingnya kelompok pendukung bagi orang tua agar dapat mengasuh anak dengan baik. Desa pun berinisiatif untuk membentuk Kelompok Cinta Keluarga. Biasa disebut KCK, merupakan wadah yang aman bagi ibu untuk menceritakan tantangan-tantangan yang ia hadapi dalam mengasuh anak. KCK juga menjadi sarana agar para ibu dapat terus meningkatkan wawasan mengenai pengasuhan yang relevan dengan perkembangan anak.
“Persoalan pola asuh ini menjadi sangat penting karena kita langsung mempraktikkan ilmu tersebut kepada anak kita sendiri,” ujar Trinopta, fasilitator KCK di desa. Ibu dari tiga anak ini juga menceritakan, “Setiap kali pertemuan kami akan bercerita secara bergiliran mengenai tema yang telah kami sepakati di awal. Anggota satu per satu akan bercerita dengan leluasa bahkan hingga terbangun suasana yang emosional dalam pertemuan kami. Dan ini tidak hanya satu kali,”.
Bertukar pengalaman dan wawasan mengenai pengasuhan ternyata dirasa sangat bermanfaat oleh para ibu di desa. Pertemuan KCK pun akhirnya rutin dilakukan hingga pihak desa pun membentuk kelompok KCK yang kedua di desa. “Di kelompok, kami saling memberikan semangat dan menguatkan perihal persoalan pola asuh anak yang beragam. Kami jadi merasa kalau ini tidak menjadi tantangan yang besar karena kami saling merangkul dan bergandengan. Masalah ini dapat kami hadapi dengan baik tanpa melakukan kekerasan terhadap anak dan tanpa mengurangi hak anak sedikitpun karena bisa saling berbagi,” tutur Trinopta.
Manfaat yang dirasakan para ibu yang mengikuti KCK pun dibagikan kepada kelompok yang berada di desa lain. Trinopta sebagai fasilitator KCK mendapat kesempatan untuk berbagi praktik baik yang terjadi di desanya. “Berbagi pengalaman itu nikmat. Ini hal baru bagi saya. Dulu saya merasa hanya orang biasa dan mungkin perkataan saya tidak akan begitu diperhatikan orang lain. Saya merasa ada perubahan baik dari saya berkat WVI,” ceritanya. Sebagai fasilitator kelompok, Trinopta juga sudah mendapat pengembangan kapasitas mengenai pengasuhan yang difasilitasi oleh WVI. “Bagi saya, ada kepuasan tersendiri ketika kita bisa berbagi ilmu dan pengalaman kepada orang lain. Saya merasa menjadi manusia bermanfaat. Seperti kata orang bijak, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi orang lain,” pungkasnya.
KCK di desa tempat Trinopta tinggal pun berinisiatif melakukan sosialisasi pencegahan perundungan kepada para murid SD. Hal ini mereka lakukan mengingat maraknya kasus perundungan yang dilakukan atau dialami oleh anak saat di sekolah. Sosialisasi yang dilakukan juga mampu menghasilkan kesepakatan mengenai pelaporan kasus perundungan di sekolah. Para murid sudah memahami siapa yang bisa melapor dan bagaimana caranya melapor bila melihat atau mengalami perundungan.
“Saya berharap agar anak-anak yang ada di desa dampingan khususnya dan anak di Bengkulu Selatan umumnya dapat tumbuh-kembang sesuai usia, menjaid generasi yang berilmu, beradab, berakhlak, dan beretika. Kami sebagai orang tua akan selalu membimbing anak-anak kami agar dapat memiliki perilaku baik itu,” ujar Trinopta.
Penulis: Dora Elia Kasih (Fasilitator Lapangan Kantor Operasional WVI area Bengkulu Selatan)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)