Pelanggan Setia Baby Cafe
Tak pandang bulu, stunting bisa terjadi di mana saja. Bukan melulu di desa-desa yang sulit akses makanan bergizi seimbang, tapi juga di perkotaan. Surabaya menjadi salah satu contohnya. Berdasarkan berita yang dimuat Suara Surabaya, terdapat 1.100 kasus stunting yang tercatat di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya per September 2022. Kecamatan yang menyumbang jumlah kasus tertinggi adalah salah satu area dampingan Wahana Visi Indonesia.
Penyebab utama tingginya kasus stunting di kecamatan tersebut karena sebagian besar orang tua muda belum memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang pemberian makanan bergizi seimbang pada balita. Selama ini, karena keterbatasan wawasan dan informasi, para ibu muda ini memberi makan nasi dan kuah-kuah kaldu saja pada anak. Kalau pun ingin membeli, tidak ada tempat menjual makanan yang tepat untuk balita. Sumber proteinnya minim. Padahal salah satu pencegahan balita stunting adalah dengan tercukupinya kebutuhan protein hewani setiap kali makan.
Tidak tinggal diam, pemerintah dan masyarakat di salah satu kelurahan bergerak cepat mengatasi isu ini. Bekerja sama dengan WVI, kader Posyandu, tenaga kesehatan Puskesmas, lurah, dan orang tua muda di lingkungan tersebut berpartisipasi aktif dalam rangkaian kegiatan yang tujuannya mengedukasi serta memberi contoh praktik pemberian makan balita yang tepat. Pemerintah Kota Surabaya pun menyambut positif aksi-aksi ini dengan menginisiasi program Kader Surabaya Hebat.
Peresmian re-opening Baby Cafe pada November 2022 lalu
“Tahun 2019 sampai 2020, WVI dan Yayasan Sentuhan Kasih Bangsa pernah memberi ide untuk membuat Baby Café. Tapi sempat berhenti jualan karena pandemi. Setelah kondisi lebih baik, Kelurahan memutuskan untuk melanjutkan kegiatan inovatif ini. Kader-kader juga sudah punya dasarnya, sudah ada pengalaman,” tutur Lurah Dedi Purwito, saat re-opening Baby Café pada November 2022.
Baby Café, sebuah kios penjual makanan bergizi seimbang yang tepat diberikan pada balita. Kokinya para kader Posyandu, penyusun menunya tim gizi di Puskesmas, pembelinya para ibu-ibu muda yang sudah memiliki balita. Café satu ini bukan hanya ingin menjual, tapi lebih utamanya memberi contoh. Ternyata memasak makanan balita itu mudah. Setiap orang tua bisa mengetahui dan mencoba resep-resep makanan bergizi seimbang untuk balita, bahkan sekeluarga.
“Kita sangat senang karena banyak balita yang cocok dengan menu-menu di Baby Café. Sampai banyak yang tanya resep dan cara memasak,” ujar Siti Khotimah, kader Posyandu yang bertugas memasak. “Terbantu banget karena ndak bingung buatkan sarapan untuk si kecil, bisa ditiru juga untuk membuat di rumah,” balas Arlinda, salah satu ibu balita yang membeli.
Baby Café buka setiap hari Senin hingga Sabtu pukul 06:30 pagi. Kesibukan pagi hari para ibu jadi cukup terbantu dengan sarapan anak yang bisa dibeli di Baby Café. Menu tiap hari berbeda, ada nasi sop ayam atau bisa juga sayur bening bayam. Para ibu membayar Rp 3.000,- per porsi. Baby Café biasanya hanya perlu 30 menit sampai semua makanan habis terjual. “Jam tujuhan biasanya sudah sold out,” celetuk salah satu ibu.
Baby Café menjadi rangkaian kegiatan yang membantu membuka wawasan ibu tentang makanan bergizi seimbang juga kaya protein hewani yang sangat baik untuk pertumbuhan balitanya. Saat ini, para ibu lebih sadar akan gentingnya kondisi stunting dan pentingnya pemberian makanan yang tepat. Para kader, tenaga kesehatan, dan pihak kelurahan juga secara rutin melakukan konseling, pemantauan di Posyandu, dan berbagai sosialisasi agar jumlah kasus stunting tidak bertambah lagi. Harapannya, tidak ada lagi kecamatan yang menjadi penyumbang jumlah kasus stunting tertinggi di Surabaya, melainkan berlomba-lomba menjadi kecamatan penyumbang balita-balita sehat.
Penulis : Mariana Kurniawati (Communication Executive)
Kontributor : Aprilia Kusumawardhani (Project Officer Surabaya Nourishing Meals)