Pembekalan Modul Lifeskill untuk Pekerja Sosial di Jakarta

Pembekalan Modul Lifeskill untuk Pekerja Sosial di Jakarta

WVI sebagai mitra pelaksana proyek Enhancing Social Rehabilitation Support for the Vulnerable Youth in Indonesia (STARLET) bersama dengan PMC-KOICA yang terdiri dari World Vision Korea (WVK), Korea Institute for Development Strategy (KDS), dan ReBach International, mengadakan Training of Trainers Lifeskill bagi rekan pekerja sosial. Pelatihan ini juga bekerja sama dengan Dinas Sosial Jakarta dan Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Pelatihan yang dilakukan sejak Oktober 2023 ini dibuka oleh Kepala Dinas Sosial DJK Jakarta yang diwakili oleh Sekretaris Dinas, Ari Sonjaya, S.Sos. Pelatihan ini merupakan bagian dari pengembangan Youth Education dan peningkatan kapasitas kepada pekerja sosial yang mendampingi anak dan remaja. Para peserta mendapat pengembangan kapasitas yang bersumber dari Modul Lifeskill yang telah dikembangkan oleh WVI. 

Kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat bagi para pekerja sosial. Banyak wawasan dan keterampilan baru yang didapatkan. Molina, salah seorang pekerja sosial mengatakan, “Buat saya semua materi menarik dan menambah wawasan baru ataupun me-refresh wawasan yang pernah dipelajari sebelumnya. Yang paling menarik buat saya adalah materi self management, karena dengan belajar hal tersebut saya jadi lebih memahami diri saya dan belajar mengapresiasi diri. Apa yang selama ini kita lakukan di panti hingga bisa bertahan sejauh ini dengan berupaya terbaik untuk mengikuti kegiatan dan ritme panti, sebelumnya mungkin hal tersebut hanya dianggap hal biasa, bagian dari menjalani kehidupan, sehingga lupa bahwa hal tersebut adalah hal yang istimewa yang kita harus apresiasi dan mengucapkan terima kasih pada diri sendiri karena sudah kuat sejauh ini,”. 

Modul Lifeskill merupakan modul kecakapan hidup yang diperuntukkan bagi remaja dan pemuda. Modul ini bertujuan memperlengkapi kecakapan dasar hidup yang akan membantu mereka berkembang secara holistik dan sukses dalam kehidupan. Modul ini juga membekali remaja dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan kehidupan dan menjadi individu yang berkembang secara positif. 

Terdapat empat keterampilan dan kecakapan utama yang disasar dalam lifeskill yaitu, pertama adalah personal empowerment dimana remaja dapat memahami pengembangan diri, cakap berkomunikasi secara efektif, dan tangguh. Kedua adalah learning skill dimana remaja memiliki kecakapan dalam berpikir secara kreatif, kritis, dan berorientasi pada pemecahan masalah. Keterampilan yang ketiga adalah employability, dimana remaja juga disiapkan akan kecakapan yang dibutuhkan dalam dunia kerja seperti mandiri, disiplin, dan memiliki jiwa wirausaha. Keterampilan terakhir adalah active citizen, dimana remaja sebagai bagian dari warga negara juga dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam kehidupan bernegara, menghargai perbedaan dan punya kecakapan dalam berempati. 

Modul yang dikembangkan oleh WVI ini bekerja sama dengan para pakar, khususnya psikolog, dalam mengembangkan materi lifeskill ini. Terdapat 13 topik di dalam Modul Lifeskill ini dan semua dilatihkan langsung kepada 39 pekerja sosial dan juga para pendamping Forum Anak, Karang Taruna, dan pengurus RPTRA dari Jatinegara yang banyak bersinggungan dengan remaja dan pemuda. ToT ini dilakukan secara berseri selama kurang lebih tiga bulan dan dilanjutkan dengan Pelatihan Kecakapan Mengajar yang memperlengkapi peserta dalam meneruskan dan melatihkan materi lifeksill ini kepada anak remaja dan pemuda di kelas dan kelompok dampingan masing-masing.

Molina juga merasakan manfaat yang sangat aplikatif dalam Modul Lifeskill. "Materi cermati keuangan untuk pemuda yang menurutku sangat aplikatif, yang ternyata materi itu juga dibutuhkan oleh diri kita sendiri. Materi ini bukan hanya sekedar bahan ajar,” tuturnya. 

Hal serupa juga dipaparkan oleh Sugiyo, peserta dari sentra yang difasilitasi oleh Kemensos. “Bagi remaja sangat bermanfaat sekali, salah satunya remaja harus tahu perkembangan teknologi untuk mencegah hal-hal yang negatif. Remaja harus sering diajak musyawarah bersama, dan penting adanya sosialisasi tentang kenakalan remaja dan dampaknya, tentang pergaulan bebas dan pemakaian obat-obatan terlarang. Materi yang sudah di berikan ke peserta harus diterapkan dan juga dievaluasi sejauh mana dampak manfaatnya, apa sudah sesuai apa belum,” ungkapnya. 

Setelah rangkaian ToT ini selesai, WVI juga melibatkan para pekerja sosial ini dalam pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) agar penerapannya lebih kontekstual. Pengembangan RPP dilaksanakan di salah satu panti sosial yang berada di Jakarta yang menjadi panti percontohan dari proyek STARLET ini. Sebanyak 63 RPP telah dikembangkan dan siap untuk diimplementasikan oleh fasilitator yang akan meneruskan kepada seluruh remaja di panti. 

Selain itu, peserta juga berkomitmen dalam mengaplikasikan dan mengimplementasikan apa yang mereka dapatkan selama mengikuti pelatihan ini. “Materi-materi pembelajaran yang sudah didapatkan dalam kegiatan ToT ini, baik materi Modul Lifeskill, teaching skill maupun pembuatan silabus pembelajaran sangat berguna dalam pengaplikasian kegiatan penyuluh sosial sehari-hari, baik itu di lingkup panti maupun kewilayahan. Kedepannya di lingkup kewilayahan, beberapa materi modul rencananya akan saya aplikasikan untuk kegiatan penyuluhan bagi ODGJ penerima manfaat di Unit Informasi dan Layanan Sosial (UILS) Kecamatan Kemayoran,” ujar Amalia, penyuluh sosial dari Suku Dinas Sosial Kota Administratif Jakarta Pusat.

Ia pun menambahkan, “Materi manajemen diri dan ketahanan yang mudah dimengerti dirasa perlu untuk diberikan kepada penerima manfaat UILS yang masih perlu pendampingan dalam meregulasi emosi dan membiasakan kebiasaan baik. Selain itu, di lingkup panti adapun rencana kolaborasi penyuluh sosial dengan pekerja sosial untuk melanjutkan pendampingan bagi pendamping anak yang sebelumnya sudah pernah kami lakukan sebelum kegiatan ToT ini kami dapatkan,”. 

 

 

Penulis: Niken Puspita (Manager proyek STARLET) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait