Pengasuhan dengan Cinta Memutus Rantai Kekerasan di Keluarga

Pengasuhan dengan Cinta Memutus Rantai Kekerasan di Keluarga

#PengasuhanDenganCinta - Sripina Herlina (36), seorang anggota jemaat di Stasi St. Petrus Pakeng yang juga warga Desa Bhakti Mulya, Kabupaten Bengkayang yang menjadi salah satu desa dampingan Wahana Visi Indonesia (WVI) Area Program Bengkayang. Sejak akhir Desember 2019 lalu, Sripina sudah menjadi bagian dari rangkaian pelatihan Pengasuhan Dengan Cinta (PDC) yang digagas oleh WVI di desanya. Sripina mengambil bagian sebagai seorang fasilitator yang tugasnya adalah memfasilitasi pelatihan PDC kepada para masyarakat dan jemaat lain di desa tersebut. 

PDC sendiri adalah metode pola asuh positif bagi keluarga dengan tujuan menurunkan angka kekerasan terhadap anak. Dalam proyek ini, WVI bekerja sama dengan gereja untuk melatih para orang tua menerapkan pola asuh yang positif serta mendukung program Menuju Gereja Layak Anak, dalam rangka pemenuhan hak anak.

Sejauh ini WVI sudah bermitra dengan 13 gereja yang ada di Kabupaten Bengkayang  untuk memperkenalkan dan memperluas cakupan program PDC. Sebanyak 22 orang dari 13 gereja tersebut sudah dilatih untuk menjadi fasilitator PDC dan bertugas menyelenggarakan pelatihan serupa untuk para jemaatnya di gereja masing-masing. Salah satu dari 13 gereja tersebut adalah gereja tempat Sripina beribadah, yaitu Stasi St. Petrus di Pakeng.

Bersama seorang fasilitator PDC lainnya di gereja yang sama, Sripina sudah berhasil melakukan rangkaian PDC dengan mengikutsertakan 15 orang peserta wanita. Walaupun dari hasil pengamatannya hanya 10-12 orang yang selalu aktif di saat pertemuan tiap minggunya, Sripina yakin dengan 10 orang yang terlatih akan bisa menggandakan dampaknya di kemudian hari nanti.

“Yang saya lihat sangat berubah itu tetangga dekat saya, jadi saya tahu betul sifat dia dan suami ke anak-anaknya, dulu suka teriak-teriak ke anaknya dan suaminya sering bentak anaknya. Sekarang ini sudah mulai berubah, sudah jarang saya dengar dia dan suami teriak dan marah-marah anaknya, dia juga sering menegur suaminya kalau suaminya marah anaknya. Katanya: Saya ikut kelas PDC jadi sudah tau informasi didik anak jadi jangan marah-marah anak karena nanti anak juga suka marah-marah dengan kita atau dengan temannya,” ujarnya menirukan yang ia dengar.

Melihat hasil ini, Sripina merasa usahanya sebagai fasilitator sudah terbayar lunas. Baginya, program PDC turut efektif dalam memutus rantai kekerasan pada anak di dalam keluarga.
 

Ditulis oleh: Yan, CESP Coordinator Area Program Bengkayang, Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait