Perkataan Membangun yang Membawaku ke Luar Negeri

Perkataan Membangun yang Membawaku ke Luar Negeri

Program Sponsor Anak - Tingginya angka penderita HIV/AIDS di Provinsi Papua membuat Elkana Ginia (25) tergerak untuk meninggalkan tempat dimana ia tumbuh dan dibesarkan. Egi, begitu ia biasa disapa, memutuskan untuk keluar dari Papua dan menempuh pendidikan kedokteran di Jiangxi University of Traditional Chinese Medicine demi bisa menemukan penawar bagi penyakit yang belum ada obatnya tersebut.

Egi tidak pernah membayangkan betapa beraninya ia untuk mencari beasiswa dan pergi ke provinsi Jiangxi di Cina dan menempuh pendidikan sejak 2015 di negeri tirai bambu tersebut. Dukungan yang didapatkannya selama menjadi anak sponsor Wahana Visi Indonesia (WVI) membuat Egi tumbuh menjadi sosok pemberani yang punya segudang impian, termasuk menjadi seorang dokter.

“Saat itu ada kegiatan tentang sosialisasi penularan HIV dan infeksi menular seksual serta bahaya minuman keras yang dilakukan WVI di Jayapura. Saya mengingat perkataan pemateri saat itu, ‘khususnya penyakit HIV/AIDS sangat sulit untuk disembuhkan dan belum ada obatnya, dan juga IMS berbahaya bagi masyarakat’. Dari situ timbul kemauan saya untuk mengambil jurusan Medicine (Kedokteran .red),” ujar Egi.  

Egi menambahkan, masih minimnya tenaga kesehatan di Papua membuat keinginannya semakin besar untuk menjadi seorang dokter. Bahkan, seusai pendidikan kedokterannya nanti, Egi berniat untuk melanjutkan mimpinya menjadi seorang dokter spesialis kulit dan kelamin, serta spesialis anak di Eropa.

“Anak-anak di Papua banyak menderita penyakit seperti gizi buruk, seperti di Asmat, sehingga banyak anak yang mati. Dari situ saya ingin mengambil spesialis anak, untuk memperhatikan kesehatan anak-anak Indonesia, khususnya Papua,” jelasnya.

Menurut Egi, menempuh beasiswa di Cina bahkan bermimpi untuk melanjutkannya ke Eropa awalnya hanyalah angan belaka. Australia lah yang menjadi tujuannya kala itu. Namun, suatu peristiwa mengubah tujuan tersebut. Perbincangan dengan salah satu staf WVI membuatnya berani untuk terus bermimpi menuju Eropa suatu hari nanti.

“Dengan menjadi anak dampingan WVI, saya mendapatkan wawasan yang luas, dan memiliki impian yang sangat tinggi dan karena WVI lah saya bisa ada di luar negeri. Karena semangat yang ditularkan, kakak WVI (staf WVI .red) menyemangati saya untuk bisa meraih mimpi saya hingga ke luar negeri, hingga saya bisa ada di titik seperti sekarang ini,” ungkap wanita asal Kerom ini.

Menjadi anak sponsor WVI sejak di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas membuat Egi semakin terbiasa untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya. Sifatnya yang pendiam berangsur berubah dan membuatnya menjadi seorang yang percaya diri.

Peranan seorang sponsor juga tak kalah penting baginya. Dari sponsor, Egi juga mulai menanamkan mimpinya untuk bisa menginjakkan kaki ke luar negeri. Surat yang diterimanya dari sponsor asal Kanada tersebut membuatnya bersemangat untuk menempuh pendidikannya ke arah yang lebih baik.

“Tapi sayang, saya belum pernah bertemu dengan sponsor saya hingga saat ini,” pungkasnya.

Kini Egi masih terus berjuang menyelesaikan pendidikannya di Cina. Ia harus menyelesaikan pendidikannya pada 2021 sebagai persyaratan beasiswa yang diembannya. Dengan dukungan keluarga dan teman, Egi yakin ia bisa memberikan yang terbaik bagi kampung halamannya tercinta, Papua.

Ditulis oleh: Putri ianne Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait