Sejauh Yoke Menjangkau

Sejauh Yoke Menjangkau

“Dulu, bagi orang tua saya, anak selesai sekolah itu ya diam di rumah. Kegiatan lain di luar sekolah itu dianggap tidak penting,” cerita Yokbet (23). “Jadi dulu, Bapak saya itu termasuk yang tidak setuju dengan kegiatan-kegiatan yang WVI lakukan untuk anak-anak,” ujarnya. Akrab disapa dengan panggilan Yoke, adalah salah satu mantan wakil anak Wahana Visi Indonesia saat masih melakukan implementasi program melalui kantor operasional Port Numbay di Jayapura. 

Sekitar tahun 2005-2006, Yoke kecil hanya perlu berjalan kaki dari rumahnya menuju tempat bermain anak dan Rumah Baca yang WVI fasilitasi. Karena jaraknya dekat, hampir setiap hari ia menghabiskan waktu bermain dan belajar di area tersebut. Ia sangat senang karena di sana banyak alat permainan edukatif dan buku-buku yang mengisi hari-harinya seusai sekolah. 

Beranjak remaja, Yoke mengingat betapa ia senang dan merasa terbantu ketika WVI memfasilitasi kegiatan kursus komputer. “Waktu itu, saya senang sekali bisa ikut kursus komputer. Kursus ini juga sangat berguna untuk saya. Dulu guru di sekolah saya sempat ragu ketika saya harus mengerjakan tugas-tugas komputer. Tapi saya sudah bisa karena ikut kursus di luar sekolah,” ceritanya. Selain itu, Yoke juga terlibat dalam kegiatan forum anak. Dalam kegiatan ini, Yoke berjumpa dengan materi-materi kepemimpinan dan keterampilan berorganisasi. 

“Untuk saya, apa yang sudah saya peroleh dari kegiatan-kegiatan WVI itu lebih dulu berdampak untuk keluarga saya sendiri,” katanya. Persetujuan orang tua yang sempat sangat sulit ia peroleh akhirnya bisa diraih. Yoke berhasil mengubah pandangan orang tuanya yang tadinya sulit memberi ruang bagi anak-anak untuk beraktivitas, berkarya, apalagi bersuara. Namun, karena sudah merasakan dan membuktikan bagaimana ia berkembang menjadi remaja yang aktif, berkarya, dan bisa menjadi dampak untuk anak-anak lain, Yoke terus mencoba menjadi pembawa perubahan bagi keluarganya sendiri. Usahanya membuahkan hasil yang manis ketika orang tuanya sendiri pun menyadari bahwa anak bungsu mereka ini menjadi terang untuk sekitarnya. “Sekarang orang tua saya, terutama Bapak, sudah tidak pernah lagi larang-larang anak-anak atau cucu-cucunya untuk berkegiatan. Bapak sudah mendukung kami supaya bisa berkembang sebaik mungkin,” tutur Yoke.

Saat ini, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi salah satu kampus di Jayapura ini bukan hanya membawa pengaruh positif bagi keluarganya, melainkan juga bagi khalayak luas. Tahun 2019, Yoke terpilih menjadi Mon Port Numbay atau dikenal juga dengan gelar Putri Pariwisata Port Numbay. Walaupun tumbuh sebagai perempuan tomboy, ia ingin menantang dirinya sendiri, bersaing dengan sesama putra-putri Papua. Pembuktian bahwa Yoke mampu bersaing dengan rekan-rekannya terjawab dengan gelar berikutnya yang ia peroleh pada tahun 2021. Ia berhasil menjadi Putri Agrowisata Indonesia. “Saya yang tadinya ga bisa gambar alis, harus belajar gimana caranya dandan. Harus belajar tata krama, harus belajar segala macam yang berhubungan dengan ajang seperti ini. Tapi ketika saya berhasil, saya bersyukur diberi kesempatan seperti ini karena ternyata dari sinilah saya bisa memberikan lebih banyak inspirasi, terutama untuk anak-anak dan perempuan di Papua,”. 

Ketika berusia 17 tahun, Yoke menyisihkan uang jajannya untuk membeli buku-buku bagi anak-anak kecil yang berada di lingkungan sekitarnya. Ketika berusia 23 tahun, Yoke masih memiliki semangat yang sama namun dengan jalan yang berbeda. Bertumbuh dalam keluarga yang konservatif, Yoke berjuang agar suaranya sebagai anak didengar. Bertumbuh dewasa, Yoke berjuang agar suaranya menjadi inspirasi bagi para perempuan. Dengan segudang prestasi dan pencapaian, seorang Yokbet tetaplah sosok yang mempunyai misi : “Saya ingin menunjukkan, terutama untuk perempuan Papua, bahwa kita bisa memimpin, kita bisa bersuara, kita bisa mengeksplor apapun kemampuan dalam diri kita. Kita bisa menunjukkan yang terbaik kepada semua orang dan kita bisa membawa diri kita menjadi versi yang lebih baik dari diri kita yang sebelumnya,”. 

 

 

Penulis : Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait