Zona Nyaman Bukan Pilihan

Zona Nyaman Bukan Pilihan

Rimayun Matippanna (23) atau akrab disapa Yuyun pernah membagikan ceritanya ketika baru menjadi sarjana hukum dengan titel cumlaude. Setelah lulus dengan predikat terbaik dari Universitas Hasanuddin di Makassar, Yuyun memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan konstruksi. Ia menjalani hari-hari sebagai seorang karyawan yang bekerja dari pukul 9:00 pagi hingga 5:30 sore. Dari Senin hingga Sabtu, Yuyun berangkat ke kantor pukul 8:00 pagi dan biasanya baru tiba kembali di kosnya pada pukul 7:00 malam. Pada akhir pekan, ia melayani di Gereja. Yuyun aktif melayani di ibadah anak dan dewasa. Rutinitas seperti ini dijalani oleh Yuyun selama kurang lebih 6 bulan hingga akhirnya ia sendiri menyadari apa yang menjadi panggilannya.

 

Yuyun Kecil 

Sebagai anak kecil, Yuyun bertumbuh bersama orang tua yang saat ini bisa ia sebut sebagai “orang tua yang hebat”. Yuyun mengingat orang tuanya sebagai sosok yang sangat mengutamakan pendidikan, menyayangi anak-anaknya, mendahulukan partisipasi anak, dan memberi anak kebebasan serta tanggung jawab. 

Lahir dan bertumbuh dengan keluarga yang dimiliki Yuyun adalah suatu hal yang istimewa. Tidak semua anak memiliki orang tua yang sadar akan pentingnya kasih sayang, pendidikan, partisipasi, perlindungan, dan ruang berkarya bagi masa depan seorang anak. Kesemuanya dimulai terlebih dahulu dari lingkungan terdekat dalam hidup seorang anak, yakni keluarga. 

Yuyun kecil mengenal dan merasakan bagaimana pendapat seorang anak begitu dihargai dan didengar. Bagaimana ia diberi kebebasan untuk melakukan hal-hal yang ia inginkan. Bagaimana ia pun diajar untuk bertanggung jawab atas setiap pilihan yang ia buat. Bagaimana ia didorong untuk semangat belajar dan bercita-cita.

Yuyun Remaja 

Beranjak remaja, Yuyun mulai merasakan bagaimana lingkungan sekitarnya turut berperan penting dalam proses pembentukan jati dirinya. Yuyun tinggal di salah satu daerah layanan Wahana Visi Indonesia di Halmahera Utara. Titik balik yang sangat berpengaruh bagi Yuyun yang sekarang terjadi ketika ia aktif dalam Forum Anak Hibualamo. Remaja perempuan ini bahkan sempat menjabat sebagai ketua Forum Anak se-Halmahera Utara tersebut. 

Aktif dalam Forum Anak membuat Yuyun terbiasa memimpin, merencanakan dan menggelar berbagai kegiatan, serta sejak usia remaja Yuyun terpapar tentang isu-isu anak di Halmahera Utara. Kedua orang tua Yuyun yang bekerja di bidang kemanusiaan semakin mengerucutkan pengetahuan Yuyun akan isu anak-anak di sekitarnya. Hingga ia tertarik dan ingin mengambil peran dalam mewujudkan Halmahera Utara yang aman bagi anak dan perempuan. 

“Walaupun Yuyun sekarang di Makassar (Sulawesi Selatan), tapi Yuyun masih dapat info dari teman dan orang tua, tentang kasus-kasus kekerasan pada anak dan perempuan yang terjadi di Halmahera Utara. Mereka yang menjadi korban ini tidak mampu untuk cari bantuan hukum. Akhirnya kebanyakan diselesaikan secara kekeluargaan saja,” jelasnya. Perhatiannya pada perlindungan anak dan perempuan yang sudah dipupuk sejak remaja ini membulatkan tekad Yuyun untuk mengambil profesi sebagai pengacara. Gelar sarjana hukum berhasil dia raih, namun memasuki dunia kerja memberi tantangan berbeda bagi Yuyun.

Yuyun Dewasa Muda 

“Sekarang saya sedang ambil pendidikan profesi advokat di Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Pas juga bisa dilakukan secara daring. Jadi masih bisa sambil kerja juga,” ujarnya. “Setelah bekerja, saya sempat merasa nyaman dengan rutinitas sekarang ini. Tapi mungkin karena sedari remaja saya sudah punya cita-cita, jadi akhirnya memberanikan diri untuk sekolah lagi dan berjuang kembali supaya cita-cita saya bisa tercapai,” cerita Yuyun. 

Sebagai seorang perempuan dewasa, Yuyun menolak berada di zona nyaman. Cita-cita untuk menjadi seorang advokat di kampung halamannya telah menjadi panggilan hidup Yuyun. Ia merasa segala hal yang ia peroleh sejak kecil, baik dari keluarga maupun kegiatan-kegiatan yang ia ikuti selama remaja, telah berhasil menjaga semangatnya untuk bisa kembali ke Halmahera Utara dan membuka lembaga bantuan hukum agar kasus-kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan dapat terlayani. “Saya ingin kembali ke Halmahera Utara dan memberikan bantuan-bantuan hukum. Di sana belum ada advokat yang bersedia layani kasus-kasus ini. Padahal kasusnya banyak dan terbentur juga kalau ke pengacara biayanya mahal,”. 

Setelah selesai mengambil pendidikan profesi, Yuyun berencana untuk melanjutkan studi sarjana strata dua melalui jalur beasiswa. Ia ingin memperdalam studi Hukum Pidana. Semasa kuliah S2 nanti, Yuyun juga harus magang di lembaga hukum selama kurang-lebih dua tahun agar bisa mengikuti ujian profesi advokat. Setelah itu, ia bisa kembali ke Halmahera Utara dan memberi layanan bantuan hukum seperti yang ia cita-citakan.Rencana-rencananya ini penuh ketidakpastian, namun untuk saat ini diam di zona nyaman juga bukan menjadi pilihan.

 

Penulis : Mariana Kurniawati (Communication Executive)


Artikel Terkait