Semakin Sering, Semakin Mahir

Semakin Sering, Semakin Mahir

“Saya dulu ini baca cerita satu buku itu lama dan anak-anak itu kurang paham toh karena saya itu baca kurang baik kah. Itu yang buat anak-anak itu juga tidak puas dengar sa baca cerita. Tapi, lama-lama itu, sa merasa makin bisa. Baca tidak cepat-cepat. Terus su mulai berani tanya-tanya anak-anak kalau ada yang tidak jelas. Itu akhirnya anak-anak makin mengerti kalau saya baca cerita,”. - Andi Jusume (32), tutor Rumah Baca salah satu desa di Kabupaten Asmat, Papua. 

Sosok yang akrab disapa Bapak Andi ini kerap meluangkan waktu untuk memfasilitasi kegiatan membacakan cerita atau dongeng di Rumah Baca desanya, juga di Rumah Baca yang berada di Pastoran. Dulu, ketika baru mulai menjadi tutor Rumah Baca, Bapak Andi ragu dan canggung. Cerita yang ia bacakan di hadapan anak-anak pun jadi kurang menarik. Namun sekarang, “Ini kita su tidak takut-takut lagi baca cerita. Dulu itu, pertama-pertama itu kita takut-takut. Salah-salah baca kah, macam ragu begitu,” ujarnya. 

Ada ungkapan yang berbunyi, “Practice makes perfect”. Artinya, hasil sempurna diperoleh karena latihan. Namun ada juga yang menambahkan ungkapan tersebut menjadi, “Perfect practice makes perfect,”. Maksudnya, latihannya pun harus sempurna, agar hasilnya paripurna. Kemampuan Bapak Andi membacakan cerita di hadapan anak-anak makin lama makin baik karena ia rajin memfasilitasi di Rumah Baca. Meskipun tidak semua jadwal Rumah Baca bisa ia penuhi, namun Bapak Andi termasuk salah satu tutor yang aktif. Ia pun memperoleh banyak contoh dan praktik-praktik baik dari pendampingan Wahana Visi Indonesia. 

Bapak Andi dan Rumah Baca menjadi sosok dan wadah yang berkontribusi pada peningkatan literasi anak-anak di Kabupaten Asmat. Melalui program Wahana Literasi yang saat ini diimplementasikan, Wahana Visi Indonesia berharap anak-anak di Asmat dapat membaca secara komprehensif. Namun, agar anak bisa dan ingin membaca, ia harus diperkenalkan dengan dunia literasi sejak dini. Perkenalan pertama anak dengan dunia literasi dilakukan melalui kegiatan mendengar orang membacakan cerita. 

Dikutip dari Buku Saku Pengembangan Literasi untuk Anak Usia 5-6 Tahun yang diterbitkan UNICEF bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek, literasi sangat penting karena : 

  1. Membantu anak dalam memahami orang lain dan lingkungan sekitarnya 

  1. Meningkatkan kreativitas dan kemampuan anak untuk berpikir logis 

  1. Meningkatkan kecerdasan anak dalam bidang akademik, emosional, dan spiritual 

  1. Melatih kemampuan dasar anak yang dibutuhkan pada jenjang pendidikan selanjutnya (membaca, menulis, dan berhitung) 

  1. Menumbuhkan minat anak terhadap keaksaraan 

Literasi pada anak usia dini sangat erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan berbahasa anak, dimana pada usia 5-6 tahun anak harus mampu memahami bahasa dan menyampaikan bahasa, yang berkaitan dengan proses keaksaraan awal. 

Guru, orang tua, atau dalam konteks ini adalah Andi dan keberadaan Rumah Baca desa, memegang peranan sebagai pihak yang mampu memberikan pengalaman literasi yang bermakna bagi anak. Sehingga anak-anak ini pun dapat menunjukkan minat serta berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan sebelum mereka mulai belajar membaca. 

Pada tahun 2021, melalui implementasi program Wahana Literasi, terdapat 121 anak Kabupaten Asmat yang terlibat dalam kegiatan Rumah Baca. Tahun 2022, 87 orang tua dari dua desa mengikuti kegiatan kesadaran masyarakat akan pentingnya Wahana Literasi. Selain itu, 118 orang tua mengikuti kegiatan Parenting Awareness yang dilakukan di tiga desa. Kegiatan-kegiatan ini menjadi rangkaian yang berkesinambungan agar anak-anak di Kabupaten Asmat dapat memperoleh pendidikan yang lebih baik. 

 

 

Sumber : 

https://paudpedia.kemdikbud.go.id/uploads/pdfs/TINY_20220709_130107.pdf 

https://wahanavisi.org/userfiles/post/22081262F5D50CA4ADD_LGID.pdf 

 

 

Penulis : Lamhot Simatupang (Education Officer AP Asmat) 

Penyunting : Mariana Kurniawati (Communication Executive)


Artikel Terkait