Suara Anak Sumba Timur Kembali Hadir di PBB

Suara Anak Sumba Timur Kembali Hadir di PBB

Mitra Wahana Visi Indonesia (WVI) sekaligus organisasi internasional World Vision mengundang perwakilan PBB untuk mendengarkan suara anak dari hasil penilaian cepat Unmasking the Impact of Covid-19 on Asia’s Most Vulnerable Children yang dilakukan di 9 negara di Asia Pasifik. Roslinda (15), asal Sumba Timur berkesempatan untuk menyampaikan suaranya di depan perwakilan anggota negara PBB di New York pekan lalu lewat pertemuan daring.

“Kami sedih karena pandemi kami tidak bisa bertemu teman-teman. Setelah belajar di rumah, kalau menemui hal sulit tidak bisa langsung bertanya pada guru seperti kalau di sekolah. Bagi anak-anak yang pendidikan orang tua nya minim, maka akan semakin kesulitan,” ujar Roslinda.

Pada pertemuan tersebut, wakil anak WVI ini juga mengungkapkan bahwa jaringan internet dan telepon selular masih menjadi hal utama kebutuhan anak-anak untuk belajar dari rumah. Penghasilan orang tua yang menurun, membuat anak-anak kesulitan untuk memiliki fasilitas tersebut.

“Saya berharap para pemangku kebijakan bisa membuat solusi untuk persoalan yang dihadapi anak-anak selama pandemi,” tambahnya.

Ini bukan hal baru bagi Roslinda untuk bersuara di depan perwakilan PBB. Berbeda dengan pertemuan daring tersebut, pada 2019 lalu Roslinda juga pernah melakukan hal serupa di hadapan perwakilan PBB secara langsung.

Merespons apa yang disampaikan Roslinda, salah satu penanggap, yaitu duta perwakilan Indonesia di PBB New York, Vahd Nabyl A. Mulachela, mengatakan, “Kami mendukung upaya pencegahan dan penghapusan kekerasan terhadap anak baik di level nasional dan internasional. Di PBB kami masuk sebagai anggota negara perintis (pathfindings country). Sebagaimana kita ketahui COVID-19 di Indonesia berdampak pada anak-anak yang mengalami kurang gizi, kekerasan fisik dan akses sanitasi. Dalam hal ini pemerintah juga sudah mengeluarkan sejumlah regulasi untuk mengatasi ini, kami pun bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil. Kami sangat mengapresiasi Roslinda sebagai perwakilan anak yang didukung oleh Wahana Visi Indonesia (World Vision) dalam upayanya mengampanyekan kebutuhan komunitasnya, kami sepenuhnya mendukung kerja Roslinda.”

Sementara itu, tak hanya dilakukan secara global, WVI juga turut melakukan penilaian cepat Dampak Covid-19 pada anak di 9 provinsi di Indonesia. Hasilnya, selama pembelajaran jarak jauh, sebanyak 68% anak dapat mengakses program belajar dari rumah dan sisanya kesulitan mendapatkan akses karena diliburkan, kurangnya arahan maupun minimnya fasilitas. Hanya sekitar 30% anak yang memiliki akses untuk mengikuti program belajar dari rumah secara daring melalui berbagai aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Whatsapp, dll.  Sekitar 36% anak belajar secara luring, dengan kunjungan rumah serta melalui TV dan radio.
 

Ditulis oleh: Amanda Putri, Media Relation Executive dan Putri ianne Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait