Tak Lagi Pergi ke Kota Demi Mendapatkan Akses Internet

Tak Lagi Pergi ke Kota Demi Mendapatkan Akses Internet

Belajar dari rumah (BdR) masih terus dilakukan hingga saat ini, di mana masih ada saja kesulitan bagi anak-anak untuk mengerjakan dan mengirimkan tugas sekolah karena minimnya akses internet. Anak-anak di salah satu dusun di Kabupaten Bengkayang misalnya. Pada awal pandemi, anak-anak di dusun ini harus pergi ke kota mencari lokasi dengan akses internet yang baik hanya demi mengakses materi pembelajaran.

Usaha yang dilakukan anak-anak ini terbilang besar. Jarak dusun dan kota yang jauh, serta biaya transportasi yang mahal, membuat sebagian besar anak mau tidak mau harus mengabaikan tugas sekolah bahkan tidak bisa mengikuti ujian.

Dusun ini tidak memiliki akses sinyal telepon, apalagi internet. Jika tidak bisa ke kota, banyak anak mencari sinyal dengan pergi ke atas bukit yang letaknya 2 kilometer dari dusun. Tidak ada rumah penduduk di sana, bahkan saat musim hujan tiba, akses menuju bukit pun sangat sulit dijangkau, sehingga lagi-lagi anak-anak tak bisa belajar dengan baik.  

Wahana Visi Indonesia (WVI) Area Program Bengkayang mendampingi forum anak di dusun ini. Forum anak menjadi tempat di mana anak-anak dusun bisa menyalurkan ide serta mengembangkan minat dan bakat mereka.

Suatu hari, pada pertemuan forum anak di bulan Desember 2020, para anggota forum anak mengusulkan untuk dibangunnya “pondok belajar” yang bisa mereka gunakan selama BdR di salah satu lahan terbuka. Ema (27), sebagai pendamping forum anak kemudian menghubungi pemilik ladang untuk meminta izin merealisasikan usulan tersebut.

Izin pun didapatkan. Mendengar hal ini, anggota forum anak secara bergotong-royong segera membersihkan lokasi, menyiapkan kayu, daun dan baliho bekas yang diberikan WVI untuk dijadikan atap, dan membuat tempat yang mereka namakan Pondok Belajar. 

“Saya merasa bangga dengan anak-anak yang tergabung di forum anak, mereka memiliki inisiatif yang luar biasa untuk mendukung kegiatan belajar mereka. Menemukan solusi dan mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Ini contoh baik yang harus didukung karena sangat membantu orang tua untuk mengontrol anak-anak mereka dan mengurangi biaya selama belajar dari rumah,” kata Ema.

Oktaviana (17), salah seorang anak yang turut membantu terciptanya pondok belajar ini merasa senang bisa memiliki tempat belajar yang memudahkannya menjangkau akses internet.  

“Senang sekali karena sekarang tidak perlu jauh-jauh lagi untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Di sini juga kami tidak takut lapar karena jarak ke rumah yang tidak terlalu jauh. Di sini juga lebih aman karena ada teman-teman lain,” cerita Oktaviana dengan antusias.

 

Ditulis oleh: Yan A. Riwu, CESP Coordinator Area Program Bengkayang Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait