Tak Lagi Perlu BAB ke Sungai Kapuas

Tak Lagi Perlu BAB ke Sungai Kapuas

Permasalahan akses terhadap sarana sanitasi memang menjadi salah satu isu yang terjadi di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Beberapa di antaranya terjadi di dua dusun di tepi Sungai Kapuas. Sungai Kapuas menjadi sangat kotor karena masyarakat dengan mudahnya melakukan buang air besar sembarangan (BABS), mandi, mencuci pakaian dan piring di sungai tersebut. Rifka (6), seorang anak asal Kabupaten Sekadau dan keluarganya adalah salah satu yang melakukan kebiasaan tersebut.

Dulu, saat buang air besar di sungai saya selalu merasa takut, karena bisa muncul hewan buas seperti buaya,” cerita Rifka.  

Berhadapan dengan fenomena ini, Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan pemerintah desa tempat Rifka tinggal dan menginisiasi program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) guna mengubah kebiasaan masyarakat. Dana desa yang telah dialokasikan pemerintah desa sejak 2018, membuat program ini semakin mudah dilakukan bersama. Wahana Visi Indonesia (WVI) Area Program Sekadau melakukan pemicuan dan sosialisasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak dan masyarakat, sementara pemerintah desa mendorong pembangunan jamban sehat di setiap rumah tangga melalui dana desa.

Terkait kerja sama ini, orang tua Rifka membenarkan hal tersebut. Bantuan pemerintah desa dan tetangga sangat nyata dalam membangun WC di hunian warga.

“Kami diberitahu tentang pentingnya jamban sehat dan kami akhirnya sadar untuk membangun WC sehat di rumah kami,” cerita salah satu orang tua Rifka.

Rifka sendiri mendapatkan pengetahuan terkait hidup bersih dan sehat di sekolah. Rifka pun kini sudah mengerti bagaimana cara mencuci tangan pakai sabun yang benar. Anak ini kini bahagia karena telah memiliki WC sendiri di rumahnya.

“Lingkungan kami juga jadi bersih. Lebih aman kalau harus buang air besar karena tidak perlu ke sungai lagi,” ujarnya tersenyum.

Kedua dusun tersebut di atas kini sudah mendeklarasikan sebagai Desa Bebas BABS pada September 2020. Terhitung 85 WC sehat terbangun sejak Oktober 2018 hingga Agustus 2020 bagi 568 rumah tangga di desa tersebut.

 

Ditulis oleh: Stefanus, Field Facilitator Area Program Sekadau Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait