Tanggap Bencana untuk yang Terjauh dan Tertinggal

Tanggap Bencana untuk yang Terjauh dan Tertinggal

Pada semester kedua tahun 2023, tiga distrik di Kabupaten Puncak, Papua Tengah mengalami musim dingin yang berkepanjangan hingga menyebabkan kekeringan. Distrik-distrik ini terletak di daerah Pegunungan Jayawijaya yang kerap mengalami situasi seperti ini. Ketika suhu dingin mencapai titik ekstrim, umbi-umbian yang masyarakat tanam membeku hingga akhirnya membusuk dan gagal panen. Akibatnya, sebanyak 8.000-an anak dan masyarakat yang tinggal di distrik tersebut tidak memiliki bahan makanan, bahkan enam orang meninggal. 

Mencoba mengatasi hal ini, pemerintah nasional juga lembaga-lembaga kemanusiaan seperti WVI memutuskan untuk melakukan tanggap bencana. Respon ini sangat krusial karena distrik terdampak merupakan area yang terjauh dan tertinggal, serta rawan konflik. Alat transportasi tercepat yang bisa menjangkau ketiga distrik terdampak adalah pesawat sewaan berkapasitas muatan 1.000 kg. Bila tidak menggunakan pesawat, daerah ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki satu hari satu malam dari distrik tetangga yang terdekat. Pasar terdekat pun hanya bisa dicapai dengan cara yang sama. Selain itu, isu keamanan karena menjadi daerah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) juga menjadi tantangan terbesar. 

Bermitra dengan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Wilayah 2, Papua Tengah yang memiliki kantor klasis yang berada di dekat distrik terdampak, WVI berjuang untuk dapat menyalurkan bantuan pada para penyintas. Sebanyak 150 paket tenda dan 150 paket makanan telah berhasil diterima oleh 198 anak-anak dan 355 dewasa. “Waktu kami suplai bantuan itu pas ada banyak warga dari distrik-distrik terdampak yang menunggu di dekat landasan pesawat. Mereka sangat bersyukur dan berterima kasih kepada tim WVI yang sudah membantu dan suplai bantuan ini,” ujar Bapak Yokius, perwakilan GKII Wilayah 2 yang turut mengantar paket-paket bantuan sejak diberangkatkan dari Timika hingga ke distrik terdampak.

Anak dan masyarakat terdampak menunggu datangnya bantuan di dekat landasan pesawat.

“Menurut kami, bantuan kemanusiaan ini sangat penting karena ada banyak warga kita yang perlu mendapatkan bantuan dari musibah kekeringan ini karena terjadi gagal panen,” ujar Bapak Yotinu, Sekretaris Sinode GKII Wilayah 2. Hal senada juga disampaikan Bapak Yokius, “Warga Gereja kami yang sedang mengalami musibah, maka kami juga ikut mengambil bagian untuk distribusikan bantuan ini,”. 

Dengan kondisi anak dan masyarakat yang sama sekali tidak memiliki akses pada layanan kesehatan, pendidikan, pasar, dan berada dalam kondisi yang tidak aman, Gereja menjadi satu-satunya lembaga yang dapat menyalurkan bantuan dengan baik dan tepat sasaran. “Jika hal ini terjadi lagi, GKII tetap eksis dan bersedia bekerja sama dengan WVI untuk memberikan bantuan kepada umat kita yang ada di daerah terdampak,” pungkas Bapak Yotinu. 

Menurut pemantauan GKII Wilayah 2, pada akhir September 2023 ini, masyarakat sudah mulai menanam kembali walaupun sesekali masih dilanda hujan es. Selama proses menunggu panen, anak dan masyarakat dapat memanfaatkan bantuan pangan yang disalurkan oleh WVI, pemerintah, dan lembaga kemanusiaan lainnya. 

BPBD Kabupaten Puncak menyatakan bahwa kondisi ini bukan hanya baru sekali atau dua kali terjadi, melainkan menjadi siklus. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan di Kabupaten Puncak juga perlu mulai menerapkan sistem peringatan dini dan aksi antisipasi agar dampak siklus ini bisa lebih terkelola. Apalagi karena daerah yang terdampak sangat sulit dijangkau dan tidak memiliki fasilitas yang memadai. 

Oleh karena ini, selain menyalurkan bantuan, WVI dan GKII juga mengadakan kegiatan workshop aksi antisipasi pada 26-27 September 2023 lalu. Bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Puncak dan BMKG di Timika, WVI memfasilitasi workshop aksi antisipasi kekeringan dan cuaca ekstrim. Melalui kegiatan ini, para pemangku kepentingan telah menyepakati sistem peringatan dini untuk bencana akibat cuaca ekstrem. Dengan adanya sistem peringatan dini yang terkoordinir, para pemangku kepentingan dapat segera menentukan langkah yang tepat dan cepat agar dampak terhadap anak dan masyarakat dapat diminimalisir. 

Anak-anak yang berada di daerah yang rawan bencana sekaligus rawan konflik hidup dalam kondisi yang sangat tidak sejahtera. Bahkan untuk bertahan hidup saja sangat sulit. WVI berusaha menjangkau anak dan masyarakat yang berada di daerah seperti ini melalui bantuan kemanusiaan maupun program pengembangan masyarakat. Apa yang WVI dan mitra lakukan di Kabupaten Puncak merupakan salah satu contoh perjuangan menjangkau anak-anak yang paling rentan. Kami berharap, setiap anak, meskipun berada di daerah yang terjauh dan tertinggal pun dapat merasakan adanya harapan. 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait