Variasi Kerja di WVI: Lapangan dan Kantoran, Nasional dan Internasional

Bagi Nadine, Wahana Visi Indonesia bukan hanya sekedar rumah, tapi rumah yang aman dan nyaman untuk mengembangkan keterampilan profesional dan personal. Saat ini, perempuan berusia 32 tahun ini berprofesi sebagai Grant and Contract Compliance Specialist. Namun, selain menjalankan tanggung jawab harian, Nadine juga tergabung dalam South Asia Pacific Regional Disaster Management Team (SAP RDMT). Kedua fungsi yang berbeda ini ternyata bisa mengharmonisasi karir Nadine di WVI.
Kisah Nadine dan dunia kemanusiaan berawal dari tanggap bencana gempa bumi di Lombok pada tahun 2018. Namun, jauh sebelum itu, ia adalah seorang pencinta alam yang memang lebih menginginkan pekerjaan di lapangan daripada kantoran. “Terlibat dalam Mahitala Unpar (Mahasiswa Parahyangan Pencinta Alam Universitas Katolik Parahyangan), tentu memberikan dasar yang kuat bagi saya untuk bekerja di lapangan,” tuturnya. Tanggap bencana Lombok menjadi momen yang menawarkan kesempatan bekerja di lapangan sekaligus memantapkan hati untuk berkarir di dunia kemanusiaan.
“Lombok Emergency Response memang penuh dengan campuran emosi, antara kesedihan melihat kerusakan dan penderitaan, dengan keseruan karena bisa berkontribusi dan bertemu dengan banyak orang yang memiliki semangat yang sama. Bertemu dengan pekerja kemanusiaan lintas organisasi dan mitra lokal juga memberikan banyak pelajaran dan memperluas jaringan,” ujarnya. Bagi Nadine, semangat kolektif untuk membantu anak dan masyarakat yang terdampak bencana adalah sesuatu yang sangat berharga dan memotivasi.
Setelah merasakan panggilan yang kuat untuk terjun ke dunia kemanusiaan, lulusan Teknis Industri ini terlibat dalam beberapa tanggap bencana lain seperti gempa bumi dan likuifaksi di Sulawesi Tengah, pandemi COVID-19, dan gempa bumi Cianjur, Jawa Barat. Di beberapa tanggap bencana yang terjadi pada 2018, Nadine masih bergabung dengan organisasi kemanusiaan lain dan bertugas sebagai staf lapangan. Pada 2020, ia memutuskan untuk mengeksplorasi peran lain di dunia kemanusiaan dan melamar ke WVI sebagai Program Officer.
Pekerjaannya di WVI ternyata bukan pekerjaan lapangan. Ia bertugas sebagai penghubung antara kantor World Vision di berbagai negara dengan kantor di Indonesia. Posisinya saat ini pun sedikit menjauh dari pekerjaan lapangan. Sebagai seorang Grant dan Contract Compliance Specialist, Nadine bertugas untuk memastikan semua proyek dana hibah yang dipercayakan kepada WVI berjalan baik, sesuai standar, dan patuh pada kesepakatan yang diberikan donor.
Jauh dari hiruk-pikuk tanggap bencana dan pekerjaan di lapangan ternyata tidak melunturkan panggilannya. “Saya percaya bahwa proyek-proyek hibah yang saya kelola menjangkau banyak masyarakat dan memberikan dampak positif yang signifikan,” katanya. Tidak berada langsung bersama anak dan masyarakat dampingan bukan berarti Nadine kehilangan kesempatan untuk terlibat dalam aksi-aksi kemanusiaan. Dalam hati, Nadine pun masih memiliki harapan untuk bisa berkontribusi dalam berbagai tanggap bencana. Oleh karena itu, ia melibatkan diri dalam National Disaster Management Team (NDMT) WVI, bahkan melanjutkan hingga tingkat SAP RDMT. Dalam tim yang siap diterjunkan bilamana terjadi bencana, Nadine tetap berprofesi sebagai pengelola dana-dana hibah, seperti pekerjaan hariannya. Hanya saja, proyeknya bukan lagi proyek pengembangan masyarakat jangka panjang, melainkan tanggap bencana.
Berkesempatan menjalankan peran ganda membuat Nadine merasa bahwa WVI berhasil menjadi tempat belajar dan bertumbuh yang baik. “Setiap proyek dan respons darurat yang saya ikuti memberikan pengalaman berharga dan memperkuat komitmen saya untuk terus berkontribusi dalam upaya kemanusiaan. Saya juga bisa bertemu dengan banyak teman baru yang kemudian menjadi sahabat-sahabat saya di WVI. Sebagai anak tunggal, saya merasa mendapat banyak saudara. Kakak-kakak yang senantiasa memberi perhatian dan memberi dukungan, adik-adik yang aktif dan memberi sudut pandang baru, juga teman-teman seperjuangan yang tidak hanya seru, tapi juga mau membantu dalam berbagai persoalan,” cerita Nadine.
Bahkan karena peran ganda ini juga Nadine bisa memperoleh kesempatan penugasan khusus ke World Vision Papua New Guinea (WV PNG) selama tiga bulan di tahun 2023 lalu. “Selama penugasan, saya belajar menghadapi tantangan dan dinamika bekerja di lingkungan baru dan berbeda, terutama dalam fragile context. Saya juga belajar tentang pentingnya cek keamanan di daerah dengan tingkat kejahatan tinggi, pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen proyek, serta integrasi pendekatan sensitif gender dalam program. Saya juga merasa puas bisa membagikan ilmu yang saya dapatkan di WVI untuk peningkatan kapasitas staf lokal di Papua Nugini, terutama dalam hal Grant Acquisition and Management,” kata penikmat film Star Wars ini.
Bekerja di WVI telah memberikan Nadine kesempatan untuk menjalani hidup yang berdampak untuk anak dan masyarakat, hidup yang terus belajar dan berkembang, serta hidup yang ditemani para sahabat. Setelah lima tahun bergabung dengan WVI, selain memperluas kapasitas profesionalnya, Nadine juga merasa berkembang menjadi pribadi yang lebih tangguh, fleksibel, dan mudah beradaptasi. “Saya juga mengalami perkembangan dalam hal empati dan memahami kondisi sosial anak dan masyarakat. Berinteraksi langsung dengan anak dan masyarakat membuat saya lebih peka terhadap kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi,” ungkapnya.
Kesempatan demi kesempatan, baik di tingkat nasional maupun internasional, telah Nadine peroleh selama berkarir di WVI. Dan WVI masih menawarkan kesempatan eksplorasi yang luas bagi Nadine. Bosan dan jenuh tentu ada, namun bagi Nadine, WVI masih menjadi tempat yang tepat untuk ia terus berkembang. “Karena WVI adalah salah satu organisasi yang masih berpegang kuat pada nilai-nilai dasarnya, dan masih menawarkan peluang untuk berkembang untuk saya,” katanya. Sehingga, bukan hanya anak dan masyarakat yang mengalami perubahan, tapi para staf seperti Nadine pun merasakannya.
Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive)