Wahana Visi Indonesia Kirimkan Tim Respons Bencana Tsunami Selat Sunda

Wahana Visi Indonesia Kirimkan Tim Respons Bencana Tsunami Selat Sunda

Jakarta, 2 Januari 2018 – Satu hari pasca bencana tsunami menerjang Banten dan Lampung, Wahana Visi Indonesia (WVI) mengerahkan tim respons tanggap bencana yang berdedikasi dan terlatih untuk menanggapi kebutuhan mendesak bagi masyarakat terdampak, terutama anak-anak.

Salah satu tim respons WVI, dokter Natasya Phebe (36), yang juga merupakan seorang penyintas segera memberikan bantuan medis bagi para masyarakat terdampak yang terluka. Sehari pasca bencana, dokter Natasya bergabung di pusat kesehatan di Carita, Jiput, Panimbang untuk memberikan cek kesehatan bagi para masyarakat terdampak.

“Saat bencana terjadi, saya dan teman-teman saya sedang makan malam di sebuah restoran di dekat pantai. Pada malam itu, permukaan air laut lebih tinggi dan sedikit bergelombang, yakni 40 cm di bawah dek restoran, dan ini bukan hal yang tidak biasa. Saya merasa tidak nyaman dan tidak aman, biasanya saya dan teman-teman saya akan nongkrong sampai sekitar pukul 22.00  atau 22.30,  tetapi malam itu saya memutuskan untuk pergi lebih awal, itu sekitar pukul 21.15 dan itu adalah keputusan yang tepat, karena 10 atau 15 menit kemudian restoran tersapu oleh tsunami,” ujar dokter Natasya menceritakan pengalamannya.

WVI sangat prihatin terhadap dampak bencana ini, khususnya bagi anak-anak sebagai pihak yang paling rentan dalam bencana. Lewat tim respons tanggap bencana Selat Sunda, WVI memfokuskan respons pada pemberian bantuan kesehatan melalui Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), intervensi dukungan psikososial dan perlindungan anak-anak melalui perpustakaan keliling dengan Mobil Sahabat Anak dan Ruang Sahabat Anak, distribusi paket bantuan non-pangan, pendidikan dalam keadaan darurat, penyediaan fasilitas sanitasi dan air bersih, serta bantuan tunai. Hal ini akan terus dilakukan WVI selama fase bantuan dan pemulihan dini.

Margarettha Siregar, Direktur Humanitarian Emergency Affairs WVI, menyampaikan bahwa hingga 2 Januari 2019, lebih dari 500 orang telah menerima bantuan perlengkapan keluarga dan perlengkapan anak di wilayah kecamatan Angsana dan Desa Cieksel, Kabupaten Pandeglang. Ruang Sahabat Anak juga didirikan di lapangan sekolah di Angsana dan Labuan. Dengan bergabung di Ruang Sahabat Anak, anak-anak dapat bermain, membaca buku, dan mewarnai.

“Melalui bantuan dan dukungan yang diberikan, diharapkan anak-anak sebagai pihak yang paling terdampak pasca bencana dapat melepaskan ketakutan mereka dan membangun kembali harapan mereka untuk terus bersemangat,” ujar Margarettha Siregar.

Pasca tsunami terjadi, aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus meningkat. Pada Kamis, 27 Desember 2018, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meningkatkan status aktivitas Gunung Anak Krakatau dari waspada menjadi siaga. Wilayah zona berbahaya pun diperluas dari dua kilometer menjadi lima kilometer dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi:

Theodora ParamitaMedia Relations Officer

Wahana Visi Indonesia

Tel: 021-29770123

E-mail: [email protected]


Artikel Terkait