Bermanfaat bagi Sesama

Bermanfaat bagi Sesama

Hujan deras masih mengguyur desa ketika waktu pertemuan Forum Anak Desa (FORADES) telah tiba. Belum ada anak yang hadir kecuali seorang ibu yang menyambut dengan tawa, dan senyum lebarnya yang khas. Perempuan itu bernama Herita Selmasri Tauho (41), kader dan juga Pengurus Desa Layak Anak. Sore itu Ma Rita – begitu ia akrab disapa - menunggu anak-anak selama hampir dua jam. Pada saat menunggu itu, Ma Rita berbagi mengenai mimpi-mimpinya untuk kehidupan anak-anak di desa.  

Sebelum menikah Ma Rita sudah menjadi pengajar Sekolah Minggu. Namun, ia baru merasa benar-benar mengurus anak-anak ketika menjadi kader Posyandu dan mendirikan sebuah tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun 2007. PAUD tersebut didirikan dengan biaya sendiri, dan murni karena prihatin melihat anak-anak di dusunnya yang tidak bisa menikmati pendidikan sejak usia dini. Namun, minimnya pengalaman di dunia pendidikan membuat Ma Rita kesulitan untuk mengurus PAUD. Selain itu, beliau juga merasa tidak percaya, kurang pandai bicara, dan sulit untuk untuk mengungkapkan pendapat. Ma Rita selalu membayangkan apa yang orang-orang pikirkan tentangnya, apakah pendapatnya layak diutarakan, bagaimana jika orang tidak bisa menerima dirinya, dan masih banyak lagi. Namun, perubahan mulai terjadi ketika ia bertemu dengan Wahana Visi Indonesia (WVI). 

Pada tahun 2015 sebagai kader Posyandu, Ma Rita terpilih sebagai Fasilitator Desa Suara Aksi yang  diperlengkapi untuk memberi sosialisasi, dan penilaian mengenai standar pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS), dan Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Balita. Ma Rita kemudian mengikuti pelatihan untuk menjadi fasilitator untuk program Pengasuhan Dengan Cinta (PDC) dan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). Dan hingga saat ini, ia setia mendampingi forum anak di desa.  

Semua pelatihan ini membuka kesempatan baginya untuk bertemu dengan banyak orang dan makin berkembang. Kini, Ma Rita bukan hanya mampu mengutarakan pendapatnya dengan baik, tapi juga mempengaruhi orang lain untuk menjadi lebih baik. Ia telah mengajak dua orang lain untuk menjadi kader desa dan kader Posyandu. Ia juga mempekerjakan tiga orang muda sebagai guru PAUD. Selain itu, sejak 2021 yang lalu Ma Rita juga mendirikan sebuah PAUD lagi di salah satu desa untuk menjangkau lebih banyak anak yang sulit mengakses pendidikan. 

Bagi Ma Rita, kemitraan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan WVI telah memberi angin segar dan warna baru. Sebab, Gereja rasanya jadi lebih mengakui kehadiran anak-anak, dan bersedia untuk mengasihi mereka dengan sekuat tenaga. Namun, ini bukan berarti perjuangan bagi hak anak di desa berakhir, melainkan harus makin gencar dilakukan karena mimpinya pun makin besar. Sore itu, Ma Rita berkata dengan mata berbinar, “Saya sangat bersyukur bisa mengenal WVI, apalagi sekarang sudah juga bersama Gereja karena saya jadi makin berkembang. Tapi saya lebih senang lagi karena bukan hanya saya yang berkembang dan jadi makin baik. Tapi anak muda lain, kader, orang-orang di desa ini juga. Saya bahagia liat mereka semua berkembang! (Beta terlalu bersyukur bisa kenal WVI, apalai sekarang su gabung dengan gereja karena beta ni jadi  makin berkembang, tapi beta lebih senang lai karena bukan hanya beta sa yang berkembang dan jadi makin baik, tapi ini  anak dong, kader, orang-orang di ini desa. Beta bahagia liat dong semua berkembang!),”.

 

Penulis : Ayi Rambu Kareri Emu (Staff mitra implementasi Area Program Timor Tengah Selatan)


Related Articles