Desa Sehat di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat
Reihana Fitri (13) tinggal di satu desa yang layak mendapat julukan Desa Sehat di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Salah satu ciri Desa Sehat adalah tersedianya WC sehat di rumah-rumah masyarakat desa, seperti di rumah Fitri, begitu ia akrab disapa. “Dulu sebelum ada WC sehat di rumah, saya selalu buang air besar di sungai. Padahal selain BAB, saya juga mandi, mencuci pakaian, dan piring di sungai tersebut,” ujar anak perempuan ini.
Tapi kini, setelah rumahnya memiliki WC sehat, Fitri merasa lebih sehat dan aman ketika BAB. Fitri sadar bahwa pola hidup yang selama ini dilakukan - dengan buang air besar di sungai - sangat mencemarkan lingkungan dan membawa dampak buruk untuk kesehatan. Setelah mengikuti sosialiasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang difasilitasi oleh Wahana Visi Indonesia, Fitri dan teman-teman sebayanya mengaku lebih nyaman menggunakan WC yang berada di rumah. “Selain itu, sekarang kami juga sudah mengerti bagaimana cara mencuci tangan pakai sabun yang benar,” ceritanya.
Selain lebih sehat, pembangunan WC di rumah juga lebih aman bagi anak, terutama anak perempuan. Sebelumnya, anak-anak kesulitan jika harus buang air ke tepi sungai di malam hari karena akses jalan ke sungai sepi dan gelap. “Buat saya, adanya WC sehat di rumah itu berarti memberi kehidupan baru dengan lingkungan yang bersih bagi saya dan masyarakat,” ujarnya tersenyum.
Desa Pertama yang Berhasil Deklarasi Tiga Pilar STBM
Gelar Desa Sehat bukan hanya sekedar gelar, melainkan terbukti dengan pencapaian yang sangat baik. Desa tempat Fitri dan teman-temannya tinggal ini menjadi desa pertama di Kabupaten Melawi yang mendeklarasikan tiga pilar STBM. Desa ini menyatakan sudah Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS), melakukan Pengolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMRT), serta mempraktikkan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Sukisman selaku Kepala Desa menjelaskan, “Desa ini terdiri dari 215 Kepala Keluarga yang tinggal di 182 rumah. Sekarang semua rumah telah memiliki WC. Jamban atau lanting di bantaran sungai sudah tidak digunakan lagi,”. Ia pun menambahkan, “Saya juga melihat, anak sudah jarang yang mengalami penyakit diare karena semua rumah sudah sadar dan mengolah air di rumah masing-masing. Anak tidak mau lagi BAB di sungai karena sudah terbiasa menggunakan WC di rumah yang kondisinya lebih baik daripada lanting di sungai,”.
Bupati Kabupaten Melawi menandatangani piagam deklarasi desa bebas BABS yang pertama di Kabupaten Melawi.
Pada November 2022 lalu, selebrasi deklarasi pun dilaksanakan di desa. Bupati Kabupaten Melawi H. Dadi Sunarya Usfa Yusra turut hadir. Ia memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya pada masyarakat yang mau bergotong royong untuk mewujudkan desa yang menerapkan tiga pilar STBM.
“Semoga dapat menjadi contoh bagi desa-desa yang lain, bahwa dengan STBM dapat meningkatkan pola hidup bersih sehingga kualitas hidup dan taraf kesehatan masyarakat dapat semakin meningkat," ujar Bupati, sesuai deklarasi. Ia pun mengungkapkan bahwa masalah kesehatan masyarakat saat ini semakin kompleks, dimana saat ini banyak penyakit menular yang erat hubungannya dengan buruknya sanitasi lingkungan.
Selain sudah bebas BABS, anak-anak di desa ini sudah bisa mendapat akses air yang bersih dan layak konsumsi. Masyarakat desa dapat melakukan PAMRT karena memanfaatkan inovasi teknologi filter air wateroam yang mampu mengolah air menjadi layak konsumsi. Terobosan ini merupakan hasil kerja sama antara Wahana Visi Indonesia dengan Grundfos Indonesia.
Sumber air di desa ini berasal dari sumur bor. Sebelum menggunakan wateroam, air yang berasal dari sumur bor ini ternyata mengandung bakteri E. Coli dengan kadar yang tinggi. Bakteri ini merupakah salah satu penyebab penyakit diare atau infeksi saluran pencernaan yang mudah menyerang anak-anak. Setelah menggunakan wateroam, air di desa melalui uji kualitas dan hasilnya sudah layak konsumsi. Saat ini, alat filter air digunakan secara komunal dan dapat memenuhi konsumsi air bersih masyarakat desa sehari-hari.
Desa ini pun sudah memiliki Komite Air yang terlatih. Ketua dan anggota Komite Air bertugas untuk memastikan manajemen dan perawatan jaringan air bersih di desa terlaksana dengan baik. Komite Air juga menjaga agar penyaluran air bersih ke setiap rumah adil dan merata sambil juga menggalakkan partisipasi masyarakat.
Desa dengan Prevalensi Balita Stunting Terendah
Desa Sehat yang terletak di tepi sungai ini juga berhasil memperbaiki status gizi balitanya. Selain pengaruh kualitas sanitasi lingkungan yang membaik, masyarakat juga melakukan usaha-usaha nyata untuk memperbaiki status gizi balita. Desa ini tercatat sebagai desa dengan prevalensi balita stunting yang terendah di Kecamatan Pinoh Utara.
Kader dan konselor PMBA sedang melakukan kunjungan ke rumah ibu balita untuk berbagi wawasan tentang makanan bergizi seimbang bagi balita.
Berdasarkan data ePPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) pada September 2022, dari 42 balita yang mengikuti Posyandu di desa, hanya 3 atau 7,1% balita yang terindikasi stunting. Data dari Puskesmas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, 22,4% balita di Kecamatan Pinoh Raya terindikasi stunting. Dari 158 balita tersebut, hanya 3 balita yang berasal dari desa ini. Menjadi penyumbang balita stunting dengan jumlah yang paling sedikit merupakan jaminan gelar Desa Sehat diberikan pada desa ini.
“Hal ini merupakan dampak intervensi dari pemerintah desa melalui tenaga kesehatan dan kader Posyandu yang selalu mendampingi ibu-ibu, dengan rajin melakukan konseling PMBA, pemberian PMT di Posyandu, dan edukasi lainnya sesuai dengan kebutuhan yang dialami oleh balita. Contohnya, ketika musim penghujan materi konselingnya tentang PHBS dan cara mencegah diare,” ujar Sukisman.
Bekerja sama dengan Puskesmas dan pemerintah desa, WVI mendampingi kader-kader Posyandu agar mampu memberikan layanan Posyandu yang berkualitas. Pada tahun 2022, terdapat tujuh kader Posyandu yang juga berperan sebagai konselor PMBA. Selain kader, bidan desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pun turut menjadi konselor PMBA. Hingga saat ini, para konselor aktif dan rutin memberikan konseling pada ibu hamil dan ibu baduta. Bahkan, mereka juga sudah percaya diri melakukan konseling PMBA di desa tetangga.
Ratnawati, kader Posyandu yang juga konselor PMBA menambahkan, “Kondisi bayi balita yang ada di wilayah Posyandu di desa saat ini sebagian besar sehat dan ikut pelaksanaan Posyandu. Ibu balita makin rajin datang ke Posyandu ketika ada perubahan yang dilakukan kader setelah kembali dari pelatihan-pelatihan yang diterima. Ketika kami mulai aktif melakukan sosialisasi materi kesehatan dan juga melakukan konseling serta belajar bersama melakukan pengolahan makanan. Hal ini terus-menerus kami lanjutkan dengan dukungan dari pemerintah desa dan bidan desa,”.
Riska (kanan) senang sekarang bisa punya menu makan tambahan sayur tumis kangkung hasil panen kebun sendiri.
Partisipasi aktif dari kader, bidan, dan para ibu balita ini membuat pemerintah desa terpacu untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lain. Melalui program ketahanan pangan yang dicanangkan pemerintah desa, seluruh pihak ini menginisiasi pembuatan kebun gizi. Beragam sayuran seperti kangkung, bayam, pakcoy, dan selada keriting dibudidaya dengan metode hidroponik. Saat ini, kebun gizi desa sudah berhasil 3 kali panen. Sebagian hasil panen dijual dan uangnya menjadi kas kelompok, sedangkan sebagian lainnya menjadi bahan untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) saat Posyandu. Kebun gizi hidroponik ini juga membuat anak-anak di desa mendapat menu makan yang lebih bervariasi tanpa perlu membeli sayur dari pasar.
Saat ini, operasional kegiatan Posyandu termasuk PMT, kebutuhan alat juga tempat, serta pengembangan kapasitas dan insentif kader sudah menjadi tangunggan dana desa. Pemerintah desa telah mengambil peran utama untuk menjaga keberlanjutan praktik baik yang saat ini sudah berjalan.
Salah satu desa di Kabupaten Melawi ini menjadi contoh bagaimana program perbaikan status gizi balita dan program sanitasi berbasis masyarakat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan anak. Kementerian Kesehatan pun sudah memberikan arahan untuk melakukan berbagai pendekatan yang komprehensif agar kesehatan anak semakin terjamin. Hal ini juga yang nantinya dapat terjadi di lima desa dampingan WVI di Kabupaten Sumba Barat Daya. Melalui kampanye Global 6k Water for Sumba, setiap kita bisa berpartisipasi untuk mewujudkan balita-balita Sumba Barat Daya yang tumbuh sehat di desa yang memiliki akses air bersih. Mari bergabung dalam kampanye ini, karena setiap langkah kita, adalah kehidupan bagi mereka. Nyatakan aksimu di Global 6k Water for Sumba (wahanavisi.org/waterforsumba).
Sumber:
https://pontianak.tribunnews.com/2022/11/09/apresiasi-desa-tanjung-paoh-bupati-melawi-ajak-masyarakat-terapkan-3-pilar-stbm
Penulis : Stanny Salindeho (Staff kantor operasional WVI di Kabupaten Melawi), Mariana Kurniawati (Communication Executive)
Kontributor : Tim kantor operasional WVI di Kabupaten Melawi