Influencer MengASIhi dari Bengkulu Selatan
Hati Ibu Yulita menjadi sedih karena melihat banyaknya ibu yang setelah melahirkan langsung memberikan susu formula kepada anaknya padahal mereka bisa memberi ASI. Demikian perasaan yang muncul dan mengusik dirinya yang telah memiliki pengalaman mengASIhi kepada ketiga anaknya. Anak pertama dan keduanya yang mendapat ASI eksklusif kini sudah berusia sembilan dan empat tahun. Keduanya tumbuh sehat dan cerdas.
Perempuan yang juga seorang kader Posyandu ini mengatakan “Saya semangat belajar dari pengalaman sekitar dan dari pengetahuan. Melalui kehadiran WVI di Bengkulu Selatan, saya semakin banyak belajar dan berani untuk memberikan informasi melalui konseling maupun ngobrol-ngobrol, memotivasi ibu-ibu yang akan melahirkan ataupun akan mengASIhi bayinya,”.
“Saya jadi semakin paham mengenai manfaat pemberian ASI, apa kandungan ASI, dan bagaimana ASI sudah tertakar dengan sendirinya menyesuaikan kebutuhan bayi. Jadi saya semakin semangat untuk menyebarkan hal bermafaat ini kepada ibu-ibu atau orang tua yang akan memiliki anak di sekitar tempat tinggal saya,” cerita Ibu Yulita. Usaha Ibu Yulita dalam memberi konseling mengenai PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) pun berhasil membuat beberapa ibu akhirnya mau mengASIhi dan menolak pemberian susu formula dari rumah sakit.
Memang mengASIhi sangat dibutuhkan perjuangan, bukan saja dari ibu namun ayah serta keluarga sekitar. Perasaan bahagia saat kontak langsung dengan bayi dan adanya ikatan batin menjadi hal yang membuat Ibu Yulita terus semangat mengASIhi ketiga anaknya.
Namun, tak ada perjuangan tanpa tantangan seperti juga yang dihadapi ibu yang anak ketiganya masih berusia 1 bulan ini. Karena menyusui langsung, terkadang Ibu Yulita sulit meninggalkan anak bila harus berkegiatan di luar rumah. “Karena saya harus memastikan kepada keluarga yang mengasuh anak agar anak saya mendapatkan ASI,” tuturnya.
“Tapi saya bersyukur karena mendapat dukungan 1.000% dari suami dan keluarga. Itu hal yang paling membanggakan dalam perjuangan mengASIhi ketiga anak saya,” ujar ibu Yulita diiringi senyum lebarnya
Pemberian ASI memang harus dimulai dari tekad yang kuat dan dukungan sekitar. Suami Ibu Yulita yang bekerja sebagai buruh harian di kebun sawit sangat mendukung pemberian ASI eksklusif. Dengan memberi ASI, perekonomian keluarga juga tetap stabil karena penghasilan suami bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk pembelian bahan pangan sehat bagi seluruh keluarga. Penghasilan tersebut tidak habis untuk membeli susu formula.
Ibu Yulita berharap, semua ibu dan orang tua dapat mengASIhi khususnya pemberian ASI saja atau ASI eksklusif selama enam bulan, dilanjutkan hingga dua tahun. “Melalui pengalaman dan ilmu yang kita dapatkan dari sumber yang benar maka saya semakin termotivasi untuk menyebarkan informasi manfaat mengASIhi kepada semua ibu dan orang tua bayi di sekitar saya,” pungkasnya.
Penulis: Dewi Sukowati (Health Specialist) dan Friska (staff kantor operasional WVI area Bengkulu Selatan)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)