Babak Baru Literasi di Asmat Terwujud karena CVA

Babak Baru Literasi di Asmat Terwujud karena CVA

Kantor operasional Wahana Visi Indonesia yang ada di Kabupaten Asmat, Papua terus berupaya meningkatkan kesejahteraan anak dan masyarakat melalui kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan memberdayakan masyarakat, khususnya di sektor pendidikan. Beberapa contoh kegiatannya antara lain, penyadaran orang tua, pelatihan tutor Rumah Baca, serta pelatihan guru.  

Upaya lain yang dilakukan oleh WVI yaitu, memfasilitasi kegiatan Citizen Voice and Action (Suara dan Aksi Warga Negara) dan Bapak Marsel yang tinggal di salah satu kampung dampingan terlibat dalam kegiatan ini. Bapak Marsel (32) sering menjadi perwakilan warga kampung yang aktif beraspirasi ketika berhadapan dengan pemerintah daerah. Ketika terlibat dalam Citizen Voice and Action atau CVA, Bapak Marsel mendapat wadah untuk bisa menyampaikan penilaiannya sebagai anggota masyarakat akan layanan-layanan yang pemerintah berikan. Penilaian ini akan menjadi dasar perbaikan mutu layanan, misalnya layanan pendidikan atau kesehatan di area tersebut. 

“Senang bisa ikut dilibatkan oleh Wahana Visi Indonesia dalam kegiatan CVA di Sentani tahun lalu. Di sana saya banyak bertemu teman-teman dari suku atau daerah lain yang ternyata sudah sangat paham bagaimana memfasilitasi kegiatan yang berhubungan dengan literasi di kampung mereka,” tuturnya. Bapak Marsel juga ingin bisa melakukan hal yang sama di kampungnya. Ia ingin menjadi advokat agar kampungnya bisa berubah menjadi Kampung Literasi. Sebuah tempat tinggal yang dapat menstimulasi peningkatan keterampilan literasi anak-anak. 

“Walapun saya pernah bekerja di distrik tetapi masih banyak hal yang saya belum paham terkait aturan pemerintah, khususnya yang berhubungan dengan literasi. Melalui kegiatan kemarin saya jadi banyak tahu tentang aturan-aturan itu,” ungkap Bapak Marsel. Dengan wawasan baru mengenai peraturan daerah mengenai literasi, Bapak Marsel jadi dapat menilai apakah peraturan tersebut telah diterapkan di daerahnya, seperti apa kualitas penerapannya, serta bagaimana cara meningkatkan operasionalnya. 

Dengan bekal wawasan yang baru, Bapak Marsel kembali ke kampungnya di Asmat lalu merencanakan pertemuan yang dihadiri warga dan pemerintah kampung. Diskusi kedua pihak ini menghasilkan beberapa kesepakatan penting seperti, pembangunan Rumah Baca yang akan didanai oleh anggaran Dana Desa tahun 2025 dan penetapan pemberian upah kepada tutor Rumah Baca. Advokasi yang Bapak Marsel lakukan berhasil dan sangat berarti bagi anak-anak di kampungnya. Bila nanti Rumah Baca telah aktif, anak-anak memiliki kegiatan membaca rutin di luar sekolah. 

Bapak Marsel senang bisa memfasilitasi kegiatan yang dilaksanakan di kampungnya dan dia juga tidak menyangka kegiatan yang dilaksanakan di kampungnya mendapatkan umpan balik yang sangat baik dari warga dan pemerintah kampung. 

 

“Sebelumnya saya tidak terlalu yakin kalau warga dan pemerintah kampung akan menyambut baik kegiatan-kegiatan seperti ini karena berkaca dari pengalaman sebelumnya. Namun dilihat dari antusiasme warga, saya cukup yakin kalau hasil pertemuan kemarin bisa dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah kita sepakati bersama, lebih-lebih pembangunan Rumah Baca. Kedepannya saya akan terus mengawal Bapak Kampung sampai Rumah Baca itu dibangun,” ungkapnya. 

 

 

Penulis: Maksimus Asrul (Field Facilitator kantor operasional WVI di Asmat, Papua) 

Penyunting: Amarissa Kayla (Mahasiswa magang di unit Marketing Communications


Artikel Terkait