Cerita Masyarakat: Bersama Menghadapi Masalah Pendidikan di Asmat

Cerita Masyarakat: Bersama Menghadapi Masalah Pendidikan di Asmat

Nama saya Blandina Kaanubun dan saya adalah seorang guru di SD YPPK Warse, Kabupaten Asmat, Papua. Saya sudah mengajar di sekolah ini selama 4 tahun.

Kegiatan belajar mengajar saya dan teman-teman guru lakukan seperti biasa. Anak-anak datang ke sekolah, masuk kelas seperti biasa, begitu pula dengan para guru. Walaupun jumlah murid sangat sedikit, tidak membuat saya putus asah untuk tetap menjalankan tugas saya sebagai seorang guru. Bahkan meskipun anak-anak tidak datang sekolah dengan alasan yang tidak masuk akal, tetapi saya dan guru lainnya tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menyesuaikan saja dengan keadaan masyarakat di kampung Warse ini.

Realitanya, ada anak-anak yang ikut bersama orang tua pergi mencari sagu, ada anak-anak yang tidak datang sekolah dengan alasan tidak punya pakaian dan bahkan ada anak-anak yang tidak datang sekolah dengan alasan malas saja. Tidak heran memang kalau anak-anak ketika memasuki bangku SMP pun masih belum bisa membaca. Saya dan teman-teman sudah melakukan banyak cara untuk membuat anak-anak bisa datang ke sekolah, tetapi masih sama juga.

Pada tahun 2018 Wahana Visi Indonesia (WVI) mulai masuk melayani di kampung Warse, Akamar dan Birak, tetapi pada saat itu yang saya ketahui WVI masih berfokus ke masalah kesehatan.

Walaupun bukan bidang pendidikan yang difokuskan oleh WVI tetapi saya melihat bahwa setiap kali Wahana Visi Indonesia melakukan kegiatan di ketiga kampung ini, anak-anak sangat antusias mengikuti setiap kegiatan karena ingin mendapatkan hadiah.

Melihat cara WVI tersebut, kami para guru pun mencoba melakukan hal yang sama di sekolah. Kami menyediakan kue untuk anak-anak di sekolah dengan harapan bahwa dengan cara ini anak-anak mau datang sekolah, dan benar bahwa anak-anak mulai rajin datang ke sekolah karena adanya hadiah tersebut.

Persoalan lain yang saya temukan di sekolah kami adalah masih kurangnya tenaga pendidik, baik dari jumlah guru maupun dari segi kualitas guru. Kurangnya ruangan belajar, cara mengajar guru yang masih jauh dari kata kreatif serta kurangnya bahan bacaan seperti buku juga menjadi masalah yang saya temukan selama saya mengajar di SD YPPK Warse.

Saya melihat ada perubahan kehadiran anak-anak di sekolah sejak WVI mulai melakukan kegiatan yang langsung melibatkan sekolah, bahkan anak-anak yang sebelumnya tidak pernah datang sekolah mulai kembali bersekolah karena anak-anak tahu kalau WVI melakukan kegiatan pasti dapat hadiah.

Hal yang membuat saya senang dengan kehadiran WVI adalah dengan adanya kegiatan yang melibatkan guru-guru yang salah satunya saya sendiri yang diutus sekolah untuk mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas guru sekolah dasar.

Mengikuti kegiatan selama tiga hari tersebut, saya mendapatkan banyak hal baru yang diberikan oleh narasumber maupun melalui cerita-cerita sukses dari beberapa guru dari sekolah lain. Hal baru yang saya masih sangat ingat yaitu membuat alat persentase kemampuan membaca yang selama saya mengajar belum atau bahkan tidak pernah saya dan teman-teman guru lakukan di sekolah.

Harapan besar saya, semoga dengan mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas guru ini saya bisa mempraktikkannya ke anak-anak dan menjadi fasilitator bagi teman-teman guru di SD YPPK Warse.

Ditulis oleh: Blandina Kaanubun, Penerima Manfaat Program Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait