Dari Hutan ke Kebun: Perjalanan Seorang Ayah Menuju Ketahanan Pangan

Dari Hutan ke Kebun: Perjalanan Seorang Ayah Menuju Ketahanan Pangan

Bapak Gori adalah seorang kepala keluarga dan bapak bagi lima anak perempuan di salah satu kampung yang berada di Kabupaten Asmat, Papua. Selama ini Bapak Gori tidak punya pekerjaan tetap. Ia pernah menjadi tukang kayu di hutan namun sekarang sudah tidak lagi karena tidak ada alat untuk bekerja. Ekonomi keluarga Bapak Gori sempat tidak stabil. Tapi peluang datang ketika Bapak Gori merawat kebun gizi apung. 

Awalnya, Bapak Gori membuat kebun gizi apung untuk memenuhi kebutuhan sayur keluarganya. Dengan anggota keluarga yang berjumlah tujuh orang, Bapak Gori membutuhkan banyak bahan pangan. Ia juga ingin agar kebutuhan nutrisi kelima anaknya terpenuhi agar dapat bertumbuh-kembang maksimal. Untuk kepentingan keluarganya inilah maka Bapak Gori memutuskan untuk mengerjakan kebun gizi apung. Ternyata hasil kebun gizi apung yang Bapak Gori pelihara juga dapat menjadi sumber penghasilan baru dan kembali mengerakkan ekonomi keluarga. 

“Selama ini saya tidak ada uang karena sudah tidak kerja kayu. Dengan adanya kebun ini saya bisa dapat uang dan saya bisa kasih makan istri dan anak-anak sayur segar. Tidak perlu cari jauh-jauh di hutan lagi,” ceritanya. Sejak tidak bekerja, Bapak Gori menyambungkan hidup dengan mencari makan di hutan. Dengan adanya kebun ini, ia tidak perlu lagi kesulitan mencari sayur di hutan. Sebagian sayur yang ia tanam pun bisa dijual. Hasil penjualannya ia belanjakan untuk kebutuhan anak-anak. 

“Saya senang sekali karena bisa kerja di kebun. Saya jadi bisa dapat uang dan saya punya anak bisa makan sayur setiap saat,” ujar laki-laki berusia 47 tahun ini. Partisipasi Bapak Gori sangat berarti bagi kebun gizi apung di Kabupaten Asmat karena ia sangat rajin. Setiap pagi ia menyiram tanaman dan jika hujan di malam harinya ia menyiram tanaman pada sore harinya. 

Agar menu makanan anak-anaknya bergizi seimbang, Bapak Gori tetap rajin pergi ke hutan untuk mencari sumber protein hewani seperti ikan dan udang. Di hutan, sumber protein hewani lebih mudah ia dapatkan daripada sayur-sayuran. Biasanya ia membawa istri dan beberapa anak-anaknya untuk ikut mencari makan di hutan. “Biar sudah ada sayur tapi saya harus tetap cari sagu, juga ikan dan udang supaya saya punya anak tetap sehat,” ucapnya. 

Menu makanan Bapak Gori dan keluarga kini lebih berwarna. Kelima anaknya juga dapat makan lebih baik setiap hari, tanpa perlu menunggu mendapat sayur dari hutan. 

 

 

Penulis: Albert Robert Dadi (Staf lapangan kantor operasional WVI di Asmat) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)


Artikel Terkait