Kebun Gizi untuk Anak-anakku

Kebun Gizi untuk Anak-anakku

Mama Isabela adalah seorang ibu rumah tangga yang bergabung dalam kelompok tani di salah satu kampung dampingan WVI. Sehari-hari, Mama Isabela mengurus kebun gizi dengan sangat semangat karena ia merasa kebun gizi berdampak baik bagi anak-anak dan keluarganya. 

“Dulu sebelum ada kebun gizi, kami jarang menanam sayur. Biasanya kami pergi ke befak dan mencari sayur yang ada di hutan atau kebun kami yang ada di befak. Kami biasanya ambil pucuk sagu dan daun singkong saja,” kata ibu dari seorang anak ini. Setelah WVI  hadir di kampungnya yang berada di Asmat, Mama Isabela dan masyarakat lain diperkenalkan dengan kebun gizi. Sebelum mulai menanam, masyarakat mendapat pelatihan memelihara sayuran yang akan ditanam. Masyarakat juga mendapat dukungan bibit-bibit sayuran.  

Pada 2019, awalnya kebun gizi ini memanfaatkan area sekitar halaman rumah masyarakat. Para pemilik rumah membuat bedeng-bedeng dari tumpukan tanah yang ada di sekitar rumah. Namun ternyata cara ini kurang cocok dengan kondisi alam di Asmat. Rumah tempat masyarakat tinggal berada di tengah rawa yang sering mengalami air pasang. Sehingga bedeng akan terendam air dari sungai dan membuat bibit tidak berkembang dengan baik. “Awalnya kami tanam di bedeng tapi biasa bibit busuk, ada juga bibit yang hanyut karena air besar,” cerita Mama Isabela.

Alih-alih menyerah, masyarakat bersama WVI dan didukung oleh 3M mencari cara agar kebun gizi tidak lagi hanyut terbawa air pasang. Beradaptasi dengan alam, muncul ide kebun gizi apung. Bedeng yang tadinya hanya berupa tumpukan tanah diganti dengan bedeng yang dilindungi pagar kayu agar tanaman terhindar dari air pasang. Kata Mama Isabela, “Setelah ada kebun apung, kami selalu bisa makan sayur dan memenuhi kebutuhan gizi anak-anak dan keluarga kami,”. 

Bagi Mama Isabela kebun apung ini adalah inovasi yang sangat baik. Kebun ini memudahkan ia menanam dan memanen sayuran. Ia tetap setia memelihara kebunnya meskipun ada juga masyarakat yang tidak rajin bercocok tanam dan lebih memilih ke befak sehingga bedeng-bedeng yang telah dibuat pun terbengkalai. 

“Banyak anggota kelompok yang tidak ikut dalam menanam bibit yang telah diberikan. Tapi bagi saya menanam di kebun apung buat saya gampang untuk makan sayur. Saya punya anak-anak jadi suka makan sayur dan kalau ada sisa sayur kami juga biasanya jual kepada orang lain. Karena ada kebun gizi ini kami sekeluarga bisa makan macam-macam sayuran setiap hari,” ujar Mama Isabela. 

Mama Isabela adalah salah satu anggota yang paling aktif di kelompoknya. Mama Isabela selalu menanam kembali bila sayuran sudah panen. Ibu yang luar biasa ini juga berencana untuk membuat bedeng baru namun masih mencari tempat yang cocok dan lokasinya agak tinggi supaya terhindar dari air pasang. 

 

 

Penulis: Alfred Dadi (Fasilitator Lapangan di Kantor Operasional WVI area Asmat) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait