Keluarga Penyokong Perlindungan Anak Desa

Keluarga Penyokong Perlindungan Anak Desa

Umbu (15), biasa dipanggil Uman, wakil anak Wahana Visi Indonesia (WVI) di Area Program Sumba Timur sudah mengenal WVI sejak di bangku kelas 1 sekolah dasar (SD). Pengalamannya berkegiatan bersama WVI membawa Uman tumbuh menjadi pribadi yang aktif. Tak hanya Uman, program-program WVI di wilayah tempat tinggal Uman juga mendorong kedua orang tuanya untuk aktif dalam mendukung perlindungan anak di desa.

Rambu Ana (40), ibu dari Umbu bahkan sudah mengenal WVI sejak 2005. Ia mengatakan, awalnya sang suamilah yang rutin mengikuuti pertemuan dengan WVI, yang kemudian menjadikannya sebagai salah satu Kader Perlindungan Anak. Sementara Rambu juga turut aktif mendampingi anak-anak serta menjadi guru sekolah minggu.

Keaktifan keduanya ternyata berpengaruh pada kegiatan Umbu bersama WVI. Berkat dukunngan Rambu dan suami, Uman mengikuti berbagai perlombaan, kegiatan forum anak Na Anamu, jambore, hingga menuju Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa) saat kelas 6 SD.  

“(Saat itu) kasih usulan ke desa untuk kasih keyboard untuk forum anak, karena ada Na Anamu Voice. Ramai-ramai sama teman-teman yang lain. Juga kami mengadakan pertemuan setiap bulan dan diskusi. Kami belajar omong di depan orang banyak, karena (di sini) budayanya anak-anak disuruh diam,” ujar Uman menceritakan pengalamannya bersama WVI.

Ditambahkan Rambu, Uman tumbuh menjadi anak yang pemberani setelah berkegiatan bersama WVI dan teman-temannya. Padahal, awalnya Uman adalah anak yang sangat pemalu.

Rambu juga melihat perubahan signifikan pada masyarakat di desanya. Menurutnya, praktik kekerasan anak semakin menurun. Orang tua yang dahulu “menelantarkan” pendidikan anak hanya sampai jenjang SD, kini sudah berubah.

“Tapi adanya pendekatan WVI sekarang anak-anak tidak ada lagi yang ketinggalan, bahkan sekarang sudah sampai mau kuliah. Orang tua lebih terbuka sama pendidikan,” ujarnya.

Tak hanya itu, perubahan juga terjadi di keluarganya. Kini keluarganya semakin bisa membedakan perihal baik dan tidak baik. Selain itu, Rambu dan suaminya juga bisa lebih sabar dalam menghadapi anak-anak.

“Mama dulu berat berbicara dan kalo ada tugas pasti tolak. Ketika bermitra dengan WVI mau tidak mau, pasti harus omong. Berani mengungkapkan keadaan yang ada di desa. Mama jadi berani dan sudah jadi Badan Pengurus Desa selama 3 periode. Kalau di keluarga karena bapa sebagai pelayan, dalam keluarga harus jadi contoh baru bisa pengaruhin orang lain. merasa harus semua berawal dari rumah tangga,” ungkapnya.

Rambu berharap, meskipun WVI telah menyelesaikan pelayanannya di wilayah Sumba Timur, tetapi apa yang diajarkan WVI kepada masyarakat tetap bisa terus dipraktikkan. Dirinya pun berkomitmen untuk bisa terus melanjutkan program-program yang sudah berjalan. 

“Harapan uman untuk anak Sumba Timur, ketika WVI tidak ada lagi, tapi anak-anak tetap harus semangat, aktif terus,” pungkasnya.

Ditulis oleh:  Putri ianne Barus & Gracia Thomas, Communications Wahana Visi Indonesia

 


Artikel Terkait