Memanfaatkan Sampah dengan Membuat Pupuk Kompos

Memanfaatkan Sampah dengan Membuat Pupuk Kompos

#LombokBangkitKembali – Pasca satu tahun gempa pada Juli 2018 lalu di Lombok, masyarakat kini mulai menjalani aktivitasnya secara normal. Meski belum seluruh masyarakat tinggal di hunian sementara atau tetap, sistem belajar mengajar di sekolah sudah berjalan seperti biasa. Anak-anak mulai kembali mendapatkan berbagai pengajaran dan pelatihan dari pihak sekolah maupun organisasi non-profit yang masih berada di Lombok seperti Wahana Visi Indonesia (WVI)

Bekerja sama dengan SDN 1 Sokong, Desa Sokong, Kabupaten Lombok Utara, tim respons tanggap bencana WVI di Lombok mulai kembali memberikan pelatihan pembuatan pupuk kompos (pupuk bokashi) kepada para siswa lewat program Promosi Kesehatan (Promkes) Pupuk Kompos.

Promkes menjadi salah satu program yang sedang dijalankan tim WVI di Lombok pasca satu tahun terjadinya gempa. Saharudin, fasilitator lapangan WVI di Lombok menjelaskan, program ini berawal dari ditemukannya banyak sampah di rumah-rumah warga. Lantas program ini dibuat untuk memperkenalkan masyarakat dan pelajar akan pentingnya pemberdayaan dan pengelolaan sampah lewat pembuatan pupuk kompos.  

“Diharapkan anak-anak bisa membuat pupuk kompos di rumahnya. Mereka bisa menggunakan apa saja yang ada di sekitar mereka untuk menanam pohon, sayur, bunga, atau tanaman apapun di rumah atau tempat tinggal mereka,” jelas Saharudin.

Pada pelaksanaannya, pupuk kompos bisa dengan mudah diciptakan oleh anak-anak. Hanya dengan menyatukan berbagai sampah organik seperti jerami, padi, dedak, kotoran hewan dan gula pasir, maka pupuk kompos sudah bisa tercipta. Diamkan olahan selama lima hari, kemudian pupuk tersebut sudah bisa digunakan.

Menurut Saharudin, pupuk kompos bisa diletakkan di dalam pot ataupun polybag. Anak-anak bisa menanam tanaman apapun yang mereka mau di wadah tersebut.

Salah satu murid perempuan merasa bersyukur bisa terlibat dalam program Promkes yang diadakan WVI di sekolahnya. Siswa kelas empat ini kini bisa mengerti bagaimana cara terbaik membuat pupuk kompos.

“Iya semua disatukan, dan dibiarkan lima hari. Setelah itu baru bisa dipakai pupuknya,” jelas murid tersebut.

Tak hanya di SDN 1 Sokong, Zara Fitria, Accountability Officer WVI di Lombok mengatakan, program serupa juga dilaksanakan di 7 sekolah lainnya, yang tersebar di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur. Program ini merupakan dukungan dari Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP) bagi masyarakat terdampak di Lombok.

Ke depannya, WVI atas dukungan YPP akan mendirikan 42 unit wc umum di sekolah-sekolah sementara di delapan sekolah. Program Promkes ini kemudian akan dilanjutkan lewat pengenalan program cuci tangan pakai sabun di sekolah-sekolah tersebut.

#1TahunGempaLombok
#KamiMasihBersamaLombok 

Ditulis oleh: Putri Ianne Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia  


Artikel Terkait