Mempersiapkan Remaja Indonesia yang Tangguh dan Terampil

Mempersiapkan Remaja Indonesia yang Tangguh dan Terampil

Pada pertengahan Juli 2023 lalu, Wahana Visi Indonesia mendapat kesempatan untuk menjadi narasumber dalam kegiatan Training of Trainer Implementation Plan untuk project “Enhancing Social Rehabilitation Support for the Vulnerable Youth in Indonesia” (STARLET). Project ini menyasar para pekerja sosial serta pengajar dan instruktur dari Panti Sosial binaan Dinas Sosial Jakarta dan Kementerian Sosial. Para pekerja sosial, pengajar, dan instruktur ini secara intensif mendampingi anak dan remaja dengan permasalahan sosial yang berada di panti. Agar pendampingan yang diberikan semakin berkualitas, maka kapasitas para pekerja sosial pun harus terus berkembang sehingga setiap anak dan remaja makin siap bersaing dan berkarya di dunia kerja. 

Pada pelatihan kali ini, Prof. Frieda Mangunsong sebagai narasumber dari WVI berbagi wawasan kepada para pekerja sosial mengenai perkembangan anak dan remaja. Prof. Frieda memaparkan pentingnya pemahaman tahapan pertumbuhan serta permasalahan yang dihadapi remaja bagi para pekerja sosial. Pertumbuhan yang dimaksud bukan hanya fisik melainkan juga mental dan sosial. “Dengan pemahaman yang jelas antara pertumbuhan serta permasalahan remaja, maka para pendamping dapat mengembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan dan menjawab tantangan yang dihadapi oleh remaja,” tutur Prof. Frieda.  

Sesi dari Prof. Frieda pun dilengkapi dengan pemaparan tentang empat keterampilan dan kecakapan utama yang perlu remaja miliki selain pendidikan akademis. Karena persaingan dunia kerja saat ini bukan semata menilai kemampuan akademis, maka para remaja yang didampingi di panti juga perlu memperoleh pengembangan kapasitas dalam hal: 

  1. Personal empowerment, remaja mengerti pentingnya pengembangan diri, cakap berkomunikasi secara efektif, dan tangguh dalam menghadapi persaingan atau tantangan hidup. 

  1. Learning skills, remaja terampil berpikir kreatif, kritis, dan mencari solusi dari tiap masalah. 

  1. Employability, remaja disiapkan menjadi pekerja yang mandiri, disiplin, dan berjiwa entrepreneur. 

  1. Active citizen, remaja sebagai warga negara Indonesia juga dapat berpartisipasi dalam kehidupan bernegara, menghargai perbedaan, dan mampu berempati. 

"Setelah mengikuti pelatihan ini saya jadi makin paham tentang aspek yang perlu diperhatikan dalam pendampingan remaja di panti, khususnya seputar pendidikan remaja (Youth Education). Saya jadi mengerti pentingnya penerapan aspek-aspek terkait Youth Education dalam pengembangan dan peningkatan karakter serta kemandirian remaja binaan panti. Sehingga nantinya para remaja ini bisa menuju pemberdayaan dan pemulihan fungsi psikososial,” tutur Corry, pekerja sosial yang menjadi peserta pelatihan. “Saya juga lebih memahami pentingnya penyediaan sarana-prasarana, pelayanan serta rehabilitasi sosial berstandar ramah anak dan yang melindungi anak. Di masa mendatang, saya berharap modul-modul mengenai hal ini dapat dikembangkan sesuai kebutuhan remaja binaan," lanjutnya. 

Hal lain yang tak kalah penting dalam pendampingan remaja rentan adalah tentang perlindungan. Oleh karena itu, WVI juga memberikan sesi khusus terkait perlindungan anak. Para pekerja sosial perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai hal ini agar dapat mengembangkan mekanisme perlindungan di Panti Sosial. Pada sesi ini, selain menjelaskan praktik baik yang sudah WVI lakukan untuk perlindungan anak, WVI juga mengundang dua narasumber dari organisasi lain yaitu, Yayasan Gembala Baik dan perwakilan Divisi Perlindungan Anak Kondisi Khusus, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dua narasumber ini berbagi wawasan mengenai Lembaga Ramah Anak. Secara spesifik mengenai bagaimana pengembangan dan tantangan dalam menjalankan perlindungan anak dalam sebuah lembaga. 

Pelatihan yang berlangsung selama 5 hari ini dihadiri kurang-lebih 50 pekerja sosial, pengajar, atau instruktur. Peserta dibagi ke dalam tiga kelas khusus  dan ditutup oleh Kepala Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Dewi Aryati Ningrum. Setelah mengikuti pelatihan ini, para pekerja sosia akan mengembangkan jadwal dan program kerja yang disusun dalam Rencana Tahunan. 

 

 

Penulis: NIken Puspita (Project Manager

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait