Menjadi Tangguh Bencana dari Segi Ekonomi

Menjadi Tangguh Bencana dari Segi Ekonomi

Suatu wilayah/desa dapat dikatakan sebagai Desa Tangguh Bencana adalah saat wilayah tersebut memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak dampak yang merugikan. Guna mewujudkan kriteria tersebut, Wahana Visi Indonesia (WVI) hadir melalui proyek SinerGi, yang didanai oleh USAID, dengan melakukan pendekatan ke wilayah dampingan guna meningkatkan kesadaran dalam peran sebagai warga/masyarakat, khususnya kelompok rentan dalam pengelolaan sumber daya.

Salah satunya dilakukan di Desa Cirarab, Tangerang melalui Program Sosialisasi. Program Sosialisasi dilaksanakan dengan tujuan memberikan gambaran dan informasi mengenai ketangguha bencana kepada ibu-ibu PKK khususnya dalam segi ekonomi melalui kegiatan ASKA (Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak).

Masliha, ketua PKK Desa Cirarab mengatakan program ini merupakan masukan bagi warga, khususnya para ibu PKK dalam melakukan simpan pinjam yang nantinya bisa bermanfaat untuk dana darurat. Apalagi Desa Cirarab merupakan salah satu desa yang rentan bencana.

"Bencana terjadi setahun sekali ya, setahun sekali pasti ada banjir, dan dua tahun yang lalu juga ada bencana tapi bukan banjir, itu angin puting beliung yang mengakibatkan rumah roboh, pohon rubuh dan pohon yang jatuh langsung menimpa rumah dan akhirnya terjadi kerusakan," ungkap Masliha.

Selain dari sosialisasi program ASKA, para ibu anggota PKK Desa Cirarab juga diberikan sosialisasi berupa informasi mengenai CVA (Citizen Voice & Action/Suara dan Aksi Warga Negara). Pada program ini warga dibekali informasi mengenai advokasi yang akan digunakan sebagai jembatan melakukan pendekatan kepada pemilik usaha (pabrik/perusahaan) yang berada di desa tersebut.

“Karena hingga saat ini dana terkait dengan CSR (Corporate Social Responsibility) sendiri sebagai warga Desa Cirarab punya banyak pabrik, tapi dana CSR nya sendiri dialihkan ke daerah lain, gitu. Memang selama ini setiap tahun ada sih dana bantuan, tapi untuk kegiatan yatim piatu atau santunan anak yatim. Untuk kebencanaan sendiri belum ada, sedangkan bencana di sini itu rutin seperti banjir, bahkan terkadang ada bencana tambahan seperti angin puting beliung,” jelas Masliha.

Masliha berharap dengan adanya program ASKA dan pembentukan kelompok, para ibu di desa bisa mengatur keuangan dengan lebih baik lagi. Serta rasa solidaritas dan kepercayaan antara satu sama lain dapat semakin tumbuh dan erat.

Ditulis oleh: Hana Priscilla, Monev Officer proyek SinerGi Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait