Sulap Barang Bekas jadi Bahan Ajar

Sulap Barang Bekas jadi Bahan Ajar

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan barang-barang yang terbuang begitu saja dikarenakan tidak ada manfaatnya lagi. Sampah-sampah ini menjadi penyumbang kerusakan lingkungan karena sampah sulit terurai. Di tangan ibu Sisilia, barang bekas bisa dimanfaatkan menjadi bahan ajar.

    Sisilia adalah seorang guru honorer di salah satu sekolah dampingan Wahana Visi Indonesia Kabupaten Landak. Ia mengajar sudah lebih dari 11 tahun. Setelah mengikuti pelatihan Wahana Literasi yang diadakan oleh Wahana Visi Indonesia melalui Program Organisasi Penggerak bekerjasama dengan Kemendikbud Ristek dan Dinas Pendidikan kabupaten Landak, ia mampu membuat bahan ajar yang terbuat dari barang-barang bekas yang ada di sekitarnya.

    Bahan ajar yang pertama kali ia buat dinamakan Puzzle Huruf yang terinspirasi dari karton bekas.  Karton ini dipotong dengan pola-pola tertentu dan di setiap pola tertulis nama huruf. Tidak hanya itu, Sisilia menambahkan keranjang huruf yang terbuat dari stik es krim bekas. Bahan ajar ini digunakan untuk mengenalkan huruf dan mengajarkan kosakata baru. Selain itu, perempuan 33 tahun ini juga berhasil menyulap bahan bekas menjadi media Big Book dalam mengajarkan anggota tubuh, dan Corong Baca.

Pelatihan Wahana Literasi kembali membuka pemikiran Sisilia akan ide-ide baru untuk membuat bahan ajar dari bahan bekas yang ada di sekitar. Sebelumnya ia juga pernah mengikuti pelatihan Sekolah Hijau dalam pembuatan bahan ajar, namun kali ini Wahana Literasi lebih fokus mengajarkan pembuatan media untuk literasi siswa.

“Awalnya saya melihat barang-barang yang tidak terpakai di sekitar tempat tinggal yang mudah didapat dan tidak perlu membeli. Terinspirasi dari pelatihan, barang bekas ini kemudian saya daur ulang.” Dengan bahan ajar yang ia buat membantunya dalam menyampaikan pembelajaran dan keberhasilan dalam belajar siswa, siswa lebih cepat mengerti. Kemudian dengan bahan ajar anak-anak penasaran rasa ingin tahu banyak, semangat dan tentunya senang.

   Menurut Sisilia, pola pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar hasilnya lebih signifikan dibandingkan tidak menggunakan bahan ajar. Terlebih ia menilai siswa kelas satu memiliki kesulitan dalam belajar, dengan bahan ajar sangat membantu anak memahami pembelajaran. Apalagi, Sisilia menceritakan jika anak didiknya berebutan untuk maju di depan kelas.

Ia berharap, dengan menggunakan bahan ajar anak didiknya bisa lebih berkarakter santun, pandai, dan jadi anak yang baik. “Kepuasan terbesar saya adalah ketika melihat anak-anak bisa, senang dan semangat dalam belajar”, ungkap Sisilia sambil menutup pembicaraan.


Artikel Terkait