Tak hanya Dilatih, Kami Diajarkan Bermimpi
Pekerjaan apapun rela dilakukan Derven Aryanto (28), pria asal NTT, demi menghasilkan pendapatan bagi keluarganya. Keputusannya berumah tangga dengan Ekriana Faosoni (25) membuatnya semakin yakin untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
Derven mulai memberanikan diri menjadi petani penggarap tanaman hortikultura milik orang lain. Upah Rp1,5 juta diterimanya setiap tiga bulan sekali. Sementara itu, sang istri Ekriana bekerja sebagai penjaga toko.
Meski begitu, Derven merasa penghasilan keduanya belum mencukupi kebutuhan keluarga, apalagi kini keduanya telah dikaruniai seorang anak laki-laki. Berbekalkan pengalaman sebagai petani penggarap tersebut, Derven memutuskan untuk membuka lahan hortikultura.
“Sebagai petani pemula saya memulai dengan komoditas buncis karena lebih mudah untuk merawatnya dan butuh waktu 45 hari sudah panen dan menghasilkan uang,” katanya.
Selang dua tahun berfokus pada pertanian hortikultura, Derven dan istri memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus menjadi petani hortikultura. Derven mengaku mendapatkan hasil yang cukup untuk kebutuhan harian, bahkan untuk ditabung.
“Namun, terkadang ada masa di mana penghasilan kami tidak cukup oleh karena uang yang kami hasilkan tidak jelas penggunaannya khususnya ada pengeluaran yang tidak penting yang kami keluarkan,” ungkapnya.
Tepat pada Oktober 2021 lalu, Derven dan istri dilibatkan oleh proyek Moringa Wahana Visi Indonesia, yang didanai oleh Australian Aid (Ausaid), menjadi salah satu peserta pelatihan Gender Inclusive Financial Literasi. Keduanya mendapatkan banyak pengetahuan terkait bagaimana membuat visi keluarga, hingga cara mengelola keuangan rumah tangga.
Pelatihan tersebut juga membawa Derven dan Ekriana menuju mimpi yang tak pernah mereka bayangkan, yakni memiliki lahan pertanian sendiri. Maklum saja, lahan hortikultura yang digunakannya saat ini merupakan lahan keluarga dan dapat diambil alih sewaktu-waktu.
“Akhirnya setelah pelatihan kami punya target untuk tiga tahun ke depan kami sudah punya lahan sendiri, sehingga kami mulai menabung dan membatasi pengeluaran yang tidak penting. Kami mulai mencatat pengeluaran dalam rumah tangga dan setelah melahirkan anak kedua, istri akan kembali bekerja,” jelasnya bahagia.
Derven mengaku merasakan perubahan terpenting sepulang mengikuti pelatihan. Derven dan istri kini mulai lebih serius menabung di Koperasi Kredit Monafen setelah mendapatkan hasil panen. Ini mereka lakukan sebagai persiapan membeli tanah impian mereka.
“Harapan saya adalah bagi pasangan rumah tangga yang baru terbentuk jangan malu untuk bertani dan hasil dari itu utamakan menabung lebih dahulu meskipun tidak harus banyak, baru sisanya dipakai untuk kebutuhan lain,” pungkasnya.
Ditulis oleh: Ferdinand Bano, Staf Proyek Moringa & Putri Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia