Guru dan Murid Hebat dari Jayawijaya, Papua
Michella, murid kelas 1 di sekolah yang berada di Kabupaten Jayawijaya, Papua sekarang sudah bisa membaca buku cerita dan mengerti apa isinya. “Saya tambah pintar,” ujarnya ketika Ma’am Iis bertanya manfaat apa yang ia peroleh setelah bisa membaca. Siswi perempuan yang berusia 10 tahun ini sebelumnya baru mengenal huruf saja. Semaraknya kelas dengan pajangan gambar, huruf, dan kata-kata, serta pojok baca di depan kelas membuat Michella makin mudah belajar membaca.
Ma’am Iis atau Iswanti adalah wali kelas Michella. Menyaksikan bagaimana Michella dan murid-murid lainnya makin mahir membaca dan memahami isi bacaannya merupakan pencapaian besar baginya. Wawasan yang ia terima melalui pelatihan Wahana Literasi sungguh mengubah cara belajar-mengajar di kelasnya. “Dulu, gaya belajar-mengajar saya satu arah, monoton. Tidak menggunakan alat peraga. Anak-anak jadi cepat bosan dan sulit paham,” ujarnya.
Michella (10) sudah bisa membaca dan paham isi ceritanya setelah kelasnya jadi lebih literat.
Namun, setelah mengikuti pelatihan yang difasilitasi oleh Wahana Visi Indonesia melalui Program Organisasi Penggerak (POP), bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek, kegiatan belajar-mengajar jadi lebih kreatif. “Kelas itu harus lebih menyenangkan dan memudahkan anak mengerti,” sambungnya. Oleh karena itu, wanita kelahiran Bantul ini pun mulai menggunakan Alat Peraga Edukatif (APE) di kelas.
“Saya juga melakukan permainan edukatif di kelas. Anak-anak jadi kompetitif dan makin semangat belajar kalau sambil bermain. Buat saya, permainan dan alat peraga jadi alat yang efektif,” ujar guru yang sudah mengabdi selama 17 tahun ini.
Ma’am Iis mendampingi salah satu murid saat membaca buku cerita bergambar.
Selain menjadi makin kreatif dan inovatif, Ma’am Iis juga makin percaya diri dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Ia juga sadar bahwa karakter dan kemampuan tiap anak di kelasnya berbeda sehingga perlakuan dan rencana ajar yang diterapkan pun bervariasi. Ada kalanya Ma’am Iis harus intensif mendampingi murid yang masih kesulitan mengeja. Ada kalanya juga, ia memberikan jam belajar tambahan agar murid makin lancar membaca. Semuanya menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Hasilnya, anak jadi lebih tenang, nyaman, dan menikmati proses belajar. Anak-anak juga makin rajin datang ke sekolah.
Satu hal yang membuat ibu dari empat orang anak ini terus semangat berinovasi, karena ia melihat bagaimana kemampuan baca siswa berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang kosa katanya makin kaya. “Karena anak-anak bisa membaca di mana saja, kapan saja. Mereka lihat gambar, ada tulisannya, mereka baca,” ceritanya.
Keterampilan membaca dan paham (comprehensive reading) merupakan dasar penting bagi perkembangan murid ke depannya. Bagaimana anak bisa menulis bila belum bisa membaca? Selain itu, membaca sejak dini juga penting bagi perkembangan kemampuan kognitif dan kreativitas anak. Dengan meningkatnya keterampilan ini, setiap anak dapat lebih mudah mengikuti pelajaran di kelas-kelas berikutnya.
Pada tahun 2022, melalui intervensi yang diimplementasikan, keterampilan membaca paham siswa-siswi di Kabupaten Jayawijaya meningkat sebanyak 16,62%. Saat ini, sebanyak 262 guru telah mengikuti pelatihan Wahana Literasi, dan ada 13 guru telah menjadi Master Teacher. Guru-guru yang berperan sebagai Master Teacher inilah yang pertama dilatih untuk mengestafetkan modul-modul Wahana Literasi pada guru-guru lain.
Selain peran guru, orang tua pun memegang peranan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca anak. Ma’am Iis berpesan, “Orang tua pun harus memperhatikan anak di rumah. Saya membacakan cerita di kelas, harapannya orang tua juga bisa demikian. Atau kalau ada tugas dari sekolah, orang tua bisa mendampingi anak mengerjakannya,” pungkasnya. Guru seperti Ma’am Iis dan guru-guru lain berharap agar tiap anak di Indonesia dapat memperoleh pendidikan yang terbaik. Terutama bagi siswa-siswa kelas dasar, agar makin gemar membaca sejak dini.