Cerita Staf: Sebuah Privilese sebagai Pekerja Kemanusiaan

Cerita Staf: Sebuah Privilese sebagai Pekerja Kemanusiaan

#HariKemanusiaanSedunia - Sembilan tahun berkarya sebagai pekerja kemanusiaan membuat Child Protection Specialist Wahana Visi Indonesia Nelly Siswaty Sembiring (33) merasakan sukacita tersendiri di hidupnya. Sukacita tersebut hadir akibat banyaknya manfaat baik yang bisa diberikannya kepada anak dan masyarakat. Bahkan, menurutnya, profesi sebagai pekerja kemanusiaan memberikan privilese tersendiri yang seringkali tidak didapatkan profesi lainnya.  

“Sebagai pekerja kemanusiaan kita juga punya privilese untuk bisa terlebih dahulu mendapatkan pengetahuan dan akses informasi yang banyak dan bermanfaat buat kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Nelly memulai karirnya di WVI pada September 2012 sebagai Child Sponsorship Management Project Coordinator di Kabupaten Singkawang, Kalimantan Barat. Sebelum bekerja di kantor nasional pada 2017 dan berkontribusi pada pembuatan strategi perlindungan anak WVI, Nelly menghabiskan empat tahun masa bekerjanya dengan melayani masyarakat di beberapa wilayah di Kalimantan Barat.  

Baginya, menjadi seorang pekerja kemanusiaan bukanlah hal yang mudah. Meski begitu, menjadi pekerja kemanusiaan berarti diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk berkarya demi kehidupan yang lebih baik.

Berbagai kegiatan memfasilitasi kegiatan sosialisasi dan pelatihan adalah yang disukainya. Dengan begitu, ia bisa bertemu langsung dengan anak dan masyarakat dan melihat perubahan dalam kehidupan mereka.

Ya, menurut Nelly, proses menunggu perubahan pada masyarakat adalah hal tersulit dalam menjalani profesi pekerja kemanusiaan. Ini adalah proses yang tidak mudah dan instan. Butuh kesabaran dan pendampingan menyeluruh agar masyarakat bisa mengerti dan menerapkan perubahan positif dalam kehidupan mereka.

Satu peristiwa yang tidak bisa dilupakannya adalah saat ia berkesempatan mendampingi konsultan untuk melakukan wawancara dengan pemerintah di Kabupaten Bengkayang. Kala itu pemerintah menceritakan berbagai program dan implementasi guna mendukung terciptanya perlindungan anak.

“Saat mereka mulai bercerita, saya benar-benar bersyukur bisa diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menyaksikan buah pelayanan Area Program Singkawang dan Bengkayang. Walaupun dalam prosesnya tidak selalu mudah tapi tidak ada yang sia-sia,” ceritanya.

Wanita yang gemar menghabiskan waktu senggangnya dengan menikmati aneka drama Korea ini turut terlibat dalam berbagai program respons bencana yang dilakukan WVI. Ia adalah garda terdepan yang memastikan minimnya risiko dan ancaman terhadap anak pascabencana. Nelly juga turut merancang kegiatan dukungan psikososial untuk anak sesuai kelompok usia serta terlibat dalam aktivitas Ruang Sahabat Anak sebagai bentuk dukungan psikososial pada anak dan masyarakat.

Saat ini Nelly berharap dirinya bisa terus memberikan kontribusi dalam layanan perlindungan anak di Indonesia.

“Saya berharap anak-anak yang mengalami kekerasan bisa melaporkan dan mendapatkan layanan yang sesuai untuk pemulihan mereka,” pungkasnya.
 

Ditulis oleh: Putri ianne Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait